Tuesday, May 22, 2012

Metode Alamiah dan Metode Langsung Dalam Pembelajaran Bahasa

By MOHD ZACK  |  9:54 AM 2 comments


A.    Metode Alamiah
Metode alamiah pertama kali diungkapkan oleh Tracy D. Terrel dengan nama Natural Approach dirintis pada tahun 1977 dengan menerapkan prinsip-prinsip "Naturalistik " pada ilmu pemerolehan bahasa kedua. Tujuan awal metode ini adalah untuk pengembangan pembelajaran bahasa perancis. Selanjutnya metode ini dikembangkan dan digunakan untuk pembelajaran bahasa lain diseluruh dunia.
Istilah alamiah "Natural" dalam metode ini berdasarkan pada suatu pandangan bahwa penguasaan suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada pemerolehan bahasa (اكتساب اللغة) dalam konteks yang alamiah dibandingkan dengan pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar dipelajari satu per satu (تعلم اللغة). Focus dari metode ini adalah makna dari komunikasi-komunikasi sejati dibandingkan pada ketepatan bentuk ucapan.[1]

1.      Pendekatan Metode Alamiah
a.       Hakikat bahasa
Para pencetus metode ini menjelaskan hakikat bahasa dan menekankan pada keunggulan makna. Peran kosakata merupakan hal yang penting dan sangat ditekankan, selanjutnya mereka menjelaskan bahwa bahasa adalah kumpulan kosakata yang secara tidak konsekuen. Tata bahasa lah yang selanjutnya menekankan bagaimana kata tersebut dieksploitasi untuk menghasilkan pesan-pesan yang dapat dimengerti oleh manusia.[2]
Landasan dasar teori dari metode alamiah adalah bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan maksud, makna dan pesan. Dari sini bisa dilihat bahwa komunikasi berperan sebagai fungsi utama bahasa. Karena pendekatan ini mempunyai focus pada pengajaran kemampuan berkomunikasi. Maka metode alamiah ini kurang lebih sama dengan metode-metode komunikatif lainnya.
b.      Hakikat pembelajaran bahasa
Asumsi yang diyakini oleh para pendukung metode ini yang berhubungan tentang pembelajaran bahasa dapat dijelaskan melalui lima sumsi dasar sebagai berikut:
1)      Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran
Hipotesis ini menjelaskan bahwa proses penguasaan bahasa pada orang dewasa terjadi melalui dua proses berbeda, yaitu pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan adalah formula dari aturanm-aturan gramatika yang dilakukan dibawah sadar, sedangkan pembelajaran adalah studi mengenai aturan-aturan gramatika yang dilakukan secara sadar.
Proses alamiah yang dilakukan oleh anak-anak dalam penguasaan bahasa ibu adalah pemerolehan, sedangkan proses penguasaan bahasa kedua adalah pembelajran. Karena pemerolehan yang dilakukan secara bawah sadar, maka pengetahuan kebahasaan yang dimiliki melalui proses ini selalu bersifat implisit. Sebaliknya, proses pembelajaran yang dilakukan secara sadar menghasilkan pengetahuan kebahasaan yang bersifat eksplisit.[3]
2)      Hipotesis urutan Alamiah
Hipotesis ini menjalaskan bahwa terdapat urutan-urutan alamiah dalam pemerolehan bahasa. Dari segi tata bahasa misalnya, pola-pola struktur gramatika diperoleh menurut urutan yang dapat diperkirakan.[4] Kesalahan dalam berbahasa dianggap sebagai suatu perkembangan yang alami. Lebih jauh lagi hipotesis ini menyatakan bahwa secara umum struktur tertentu lebih cepat diperoleh daripada yang lain.
3)      Hipotesis Monitor
Menyatakan bahwa hasil belajar secara sadar hanya dapat digunakan untuk memonitor. Proses pembelajaran klasikal hanya mempunyai kegunaan yang terbatas atau sekunder. Lebih jauh lagi jika seseorang menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi, maka ujaran-ujaran itu dihasilkan oleh system yang diperoleh. Pengetahuan sadar hamper tidak berguna bagi penggunaan bahasa kedua untuk berkomunikasi.
4)      Hipotesis masukan
Menurut hipotesis ini, pemerolehan kemampuan berbicara dan menulis terjadi setelah pemerolehan pemahaman lisan dan tulis. Pemahaman lisan dan tulis merupakan hal yang harus didahulukan. Hipotesis ini juga menekankan bahwa kemajuan pembelajar dari satu tingkat ke tingkat yang lain dalam pemahaman harus didasarkan pada masukan yang mengandung bahan yang satu tingkat lebih sulit daripada bahan yang telah dikuasainya.
5)      Hipotesis Saringan Sikap
Variable sikap siswa sangat penting dalam pemerolehan bahasa baru. Jika sikap itu digambarkan sebagai saringan afektif, sikap negative akan membuat siswatidak cukup terbuka untuk menerima masukan dari lingkungannya dan sebaliknya. Sikap yang baik bisa dilaksanakan apabila guru dapat menciptakan atmosfir kelas yang bebas dari perasaan cemas dan menegangkan, diantaranya dengan cara: siswa tidak diharuskan untuk berbicara sampai ia benar-benar siap; siswa boleh menjawab dengan bahasanya sendiri; dan siswa tidak dikoreksi kecuali apabila kesalahan itu dapat mengganggu proses komunikasi.[5]
2.      Tehnik Metode Almiah
Kegiatan aplikatif dari penerapan metode alamiah ini dapat dilakukan dengan berbagai tehnik yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa sasaran. Selanjutnya, kegiatan pembelajaran bahasa kedua dibagi dalam tiga tingkatan[6], yaitu:
a.       Tingkat Pemahaman
Pada tingkatan ini, kegiatan pembelajaran bahasa yang dilaksanakan harus meliputi pelatihan-pelatihan intensif dalam pemahaman menyimak, dengan syarat tidak menuntut pembelajar berbicara bahasa kedua. Hal ini dapat dilakukan dengan:
1)      Respon gerak total, guru melakukan beberapa perbuatan dengan menyebut namanya dan pembelajar diminta untuk menirukannya dan mempraktekkannya.
2)      Tehnik demonstrative, guru menunjuk benda-benda yang berada dalam kelas dengan menyebutkan nama-namanya dalam bahasa sasaran sampai pembelajar memahaminya. Kemudian guru menyebutkan nama suatu benda tersebut dan meminta pembelajar untuk menunjuk ulang.
3)      Mempergunakan media visual.
b.      Tingkat produksi permulaan
Tingkatan ini dapat dimulai pada waktu pembelajar sudah memiliki sekitar lima ratus kosa kata dan sejumlah struktur yang diperlukan. Pembelajra juga didorong untuk berbicara bahasa kedua dalam bentuk yang paling sederhana dan paling mudah.
c.       Tingkat produksi lanjut
Merupakan lanjutan dari tingkat produksi permulaan, dan mulai dilakukan berbagai kegiatan permainan-permainan bahasa dan kegiatan social, seperti kunjungan ke tempat-tempat tertentu yang mempergunakan bahasa kedua sebagai alat komunikasi. Pembelajar pada tingkat ini tidak diperbolehkan melakukan penerjemahan.[7]
3.      Kekurangan dan Kelebihan Metode Alamiah
a.       Kekurangan
Kelemahan yang Nampak dalam metode ini adalah kurangnya konsentrasi dalam peningkatan kecakapan para pembelajar karena jelas metode ini membatasi tujuan kecakapan sampai pada taraf performansi  yang agak rendah. Selain itu metode ini tidak memberikan umpan korektif pada para pembelajar yang sangat mereka butuhkan untuk meningkatkan kecakapan mereka. Alokasi waktu yang digunakan untuk focus pada tata bahasa juga sangat sedikit sehingga menimbulkan kebiasaan melakukan kesalahan. Guru juga ditintut untuk lebih kreatif dalam penerapan metode ini untuk memberikan pemahaman kepada siswa.
b.      Kelebihan
Seperti halnya teori dan pendekatan yang lain dalam pengajaran bahasa, metode alamiah memiliki keunggulan-keunggulan disamping juga kelemahan. Keunggulan utama dari metode ini adalah tujuan komunikasi yang diembannya. Pembelajar akan belajar komunikasi dasar interpersonal sejak dini. Metode ini juga sangan efektif diterapkan pada tingkat dasar dimana "silent period" akan berfungsi. Dalam artian, siswa tidak perlu bicara kalau mereka belum siap untuk itu. Suasana santai juga akan terlihat saat menerapkan metode ini karena tidak ada paksaan untuk berbicara bahasa sasaran.[8]
B.     Metode Langsung
1.      Latar Belakang Metode Langsung
Metode langsung (al-T{ariqah al-Mubasharah/ direct method) dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di jerman menjelang abad ke-19. Faktor pendorong kemunculannya dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidak puasan terhadap metode tatabahasa dan tarjamah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan tarjamah merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang popular. Akan tetapi ditengah kepopulerannya muncul banyak ketidak puasan di banyak kalangan, sehinnga muncullah kritik  bahkan penolakan terhadap metode ini. Secara lebih rinci faktor-faktor itu antara lain:[9]
  1. Pada saat produk Eropa semakin bertambah, tingkat komunikasi mereka semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan merekan untuk menguasai satu bahasa (sebut saja Bahasa Inggris) sebagai lingua franca secara aktif dan produktif semakin mendesak. Buku-buku sumber yang ditemukan pada waktu itu kurang memuaskan mereka, karena pada umumnya tidak mengajarkan penggunaan bahasa tujuan secara praktis dan efektif melainkan berbicara tentang bahasa tujuan.
  2. Di beberapa Negara Eropa pada waktu itu, pendekatan-pendekatan baru dalam pengajaran bahasa tujuan yang dicetuskan oleh para ahli pengajaran bahasa secara terpisah-pisah memberi ide kepada para guru bahasa tujuan untuk mengangkat metode lain yang dipandang lebih baik untuk megajarkan bahasa tujuan. Hal ini membuka jalan mereka untuk memunculkan metode langsung.
2.      Konsep Dasar Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam berkomunikasi[10]. Para pelajar, menurut metode ini, belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan berbicara, sedang membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian, sebab inti bahasa adalah menyimak dan berbicara. Oleh karena itu mereka harus dibiasakan berpikir dengan bahasa asing. Maka untuk mencapai ini semua penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua ditiadakan sama sekali. Bahkan unsur tata bahasa ini tidak terlalu diperhatikan.[11] sebab tekanan intinya adalah “bagaimana agar pelajar pandai menggunakan  bahasa asing yang dipelajari, bukan pandai tentang bahasa asing yang dipelajari”. Tata bahasa hanya diberikan memalaui situasi (kontekstual) dan dilakukan secara lisan, bukan dengan cara menghapalkan kaidah-kaidah.
Dari konsep metode langsung di atas , dapat dikemukan bahwa karakteristik metode langsung adalah:
1.      Bahasa adalah berbicara, maka berbicara merupakan aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan, maka bacaan itu pertama kali disajikan dalam bentuk lisan.
2.      Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa asing yang dipelajari. Cara ini dilakaukan agar pelajar pandai mengunakan bahasa secara otmatis layaknya bahasa ibu.
3.      Bahasa ibu dan bahasa bahasa kedua atau terjemahan kedalam dua bahasa tersebut tidak digunakan.
4.      Tidak begitu memperhatikan tata bahasa, kalaupun ada hanya diberikan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan, bukan menjelaskan definisi atau menghafal.
5.      Ada asosiasi langsung antara kata-kata kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud memalui peragaan/demonstrasi, gerakan, mimic muka, gambar, bahkan alam nyata. Atas dasar ini proses belajar dapat dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas.
6.      Untuk memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar meberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan.
3.      Pembagian Metode Langsung
Ada tiga metode yang sangat lekat dengan metode langsung, bahkan merupakan bagian berkesinambungan dalam metode langsung. Menurut Al-Naqoh (2010) ketiga metode itu adalah metode psikologi (al-T{ariqah al-Sikulujyyah/ psychological method), fonetik (al-thariqah al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-T{ariqah al-T}abi’iyyah/ natural method).[12]
a.       Metode psikologi (al-thariqah al-sikulujyyah/ psychological method ) disebut metode psikologi karena pembelajarannya di dasarkan atas pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran. Beberapa ciri yang melekat pada metode ini antara lain:
1)      Penggunaan benda, diagram, gambar, dan chart untuk menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata yang diucapkan.
2)      Kosa kata dikelompokkan ke dalam ungkapan-ungkapan pendek yang berhubungan dengaan suatu masalah yang masih satu pelajaran. Beberapa pelajaran dikumpulkan dalam satu bab, sedangkan kumpulan beberapa bab membentuk satu seri.
3)      Pelajaran mula-mula diberikan secara lisan, kemudian diberikan bagian demi bagian berdasarkan materi dari buku.
4)      Jika sangat  diperlukan, bahasa bahasa pelajar dapat digunakan.
5)      Pelajaran mengarang baru baru diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaranterlebih dahulu.
b.      Metode fonetik (al-T{ariqah al-S}autiyyah/ phonetic method) metode ini dikenal juga dengan metode ucapan (al-T{ariqah al nut}qiyyah/ oral method). Disebut metode fonetik karena materi pelajaran ditulis dalam natasi fonetik, bukan ejaan seperti yang lazim digunakan. Dalam prakteknya metode ini mengawali proses pembelajaran dengan latihan pendengaran terhadap bunyi. Setelah itu dilanjutkan dengan latihan pengucapan kata, lalu kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Selanjutnya kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Gramatika diajarkan secara induktif, sedangkan mengarang terdir atas penampilan kembali apa yang didengar dan dibaca.
c.       Metode alamiah (al-th}ariqah al-t}abi’iyyah/natural method) metode ini merupakan metode fonetik. Disebut alamiah karena belajar bahasa asing disamakan seperti belajar bahsa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya berdasarkan perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara alamiah. Karena itu metode alamiah kadang-kadang disebut dengan metode kebiasaan (al-t}ariqah al-‘a>diyyah/customary method).  Di dalam belajar bahasa ibu, seorang anak mulai menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru bahasa yang digunakan oleh orang dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang ia simak secara berulang-ulang didalam prakteknya ada beberapa hal yang membedakannya dengan metode lain, antara lain:
1)      Mendasarkan teori kepada kebiasaan anak-anak dalam mempelajari bahasa ibunya
2)      Langkah pertama adalah bunyi (tanpa buku) dilanjutkan kemudian oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan yang dilengkapi oleh pengenalan benda dan gambar.
3)      Kata dan istilah baru diajarkan melalui kata-kata yang telah dikenal sebelumnya.
4)      Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5)      Penggunaan kamus untuk membantu mengingat kata-kata yang sudah dilupakan. Karena seorang anak belajar berbahasa ibu dengan pengulangan yang tidak selalu mendengar bunyi kata dan kalimat dari orang yang sama, metode ini menganjurkan untuk menggunakan pengajar secara bergantian.
4.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Langsung
Untuk mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode ini sebagaimana dijelaskan diatas. Aplikasi berikut ini hanya contoh saja, tidak meruakan kemestian, maka penggunaan selanjutnya diserahkan kepada pengajar sesuai situasi dan kondisi, dengan catatan tidak bertentangan dengan konsep dasar metode ini. Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:[13]
a.       Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan  disajikan baik berupa apresesi, atau tes awal tentang meteri atau yang lainnya.
b.      Guru memberi materi berupa dialog-dialog pendek yang riek, dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat dramatisasi atau gambar-gambar. Jika sudah mantab bias dikembangkan kedalam tulisan. Misalnya:
أ : ما هذا ؟
ب: هذا قلم
أ : من أين تشتري هذا القلم ؟
ب : من مكتبة تجارية
أ : ما هذا ؟
ب : هذه حقيبة
c.       Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu meniru dialog-dialog yang disajikan sampai lancar.
d.      Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran. Pelajar yang sudah maju diberi kesempatan untuk mengadakan dialog lain yang dianalogikan dengan contoh yang diberikan oleh guru.
e.       Struktur/tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk percakapan di atas ada pola mubtadak-khobar, dalam hal ini cukup dengan menyebutkan:
ما هذا ؟ هذا  -------    قلم
ما هذه ؟ هذه -------    حقيبة
atau pola shifah-maushuf, cukup dengan menyebutkan:
من أين تشتري هذا القلم ؟ من مكتبة  --------  تجارية
tentu saja tidak dengan menjelaskan atau menghapalkan definisi, melainkan dengan mengulang-ulang contoh secara lisan saambil menunjukkan pasangannya agar pelajar tidak keliru antara mudzakkar dan muaannats. Akan tetapai pengajaran ini bersifat situasional, induktif dan tidak menjadi prioritas.
f.        Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog diatas. Pelaksanaannya bisa individual atau kelompok tergantung situasi dan kondisi.
5.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Langsung
Metode langsung merupakan terhadap metode tatabahasa dan terjemah. Dilihat dari sisi ini metode langsung sedikit lebih maju dibanding metode sebelumnya. Walau demikian tetap saja metode langsung memiliki kelemahan, terutama jika dilihat dari konsep dasar dan kritik para ahli yang ditujukan kepadanya. Diantara aspek kelebihannya adalah:[14]
a.       Dengan kedisiplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara, sebab prioritas utama memang menyimak dan berbicara.
b.      Dengan banyaknya peragaan/demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di alam nyata para pelajar bisa mengetahui bayak kosa kata.
c.       Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki lafal yang relatif lebih mendekati penutur asli.
d.      Para pelajar banyak mendapat latihan dalam bercakakp-cakap, khususnya mengenai topik-topik lain.
Di antara aspek kekurangannya adalah:
a.       Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak. Maka memungkinkan akan mendapat kesulitan jika disekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya banyak.
b.      Metode ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
c.       Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
d.      Metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjamahan. Hal ini justru bias menghambat kemajuan belajar, sebab banyak waktu dan tenaga terbuang dalam menerangkan kata yang abstrak (tak bias diragakan atau digambarkan) atau konsep tertentu dalam bahasa asing. Padahal jikan ditarjamahkan akan memakan waktu sebentar saja.
e.       Melihat poin nomor 4 di atas, kesalahan penafsiran maka dalam bahasa asing yang dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan yang keluar dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari pelajar, sebab jika pelajar melakukan kesalahan dalam pola-pola tertentu maka dapat dideteksi segera.
f.        Jika dicermati konsep yang mengatakan bahwa pemerolehan bahasa ibu dengan bahasa kedua dan bahasa asing itu sama, maka secara psikologis konsep ini tidak memiliki dasar teori yang kuat.

Download file dalam bentuk Microsoft Word disini.


[1] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Bania Publishing (Bandung: 2010) h. 136.
[2] H. G. Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa, Depdikbud RI (Jakarta: 1989) h. 218.
[3] I Nyoman Seloka Sudira, Pendekatan Alamiah Bahasa Kedua, Aneka Widya (Singaraja: 1997) h. 120.
[4] Soejono Daedjowidjojo, Lima Pendekatan Mutakhir dalam Pengajaran Bahasa, Atmajaya (Jakarta: 1992) h. 51.
[5] Fahrurrozi.. Op. Cit. h. 139.
[6]  Emzir, Pemerolehan Bahasa Asing Melalui Pendekatan Alamiah dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Arab, UP IKIP Malang (Malang: 1993) h. 9.
[7] I Nyoman Seloka Sudira.. Ibid. h. 124.
[8] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin..Ibid. h. 147.
[9] Acep Herman, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Remaja Rosdakarya (Bandung) h. 175-176.
[10] Sri Utari Subyakto Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, Gramedia (Jakarta: 1993) h. 15.
[11] Ramzi Munir Ba'labaki, Mu'jam al-Must}alah}ah al-Lughawiyyah, Da>r al-'Ilmi li al-Mala>yi>n (Beirut: 1990) H. 151.
[12] Mahmud Kamil Hasan an-Naqoh, Usu>s I'da>d mawa>d Ta'li>m al-Lughah al-'Arabiyyah wa ta'li>fuha, Kulliyah al-Tarbiyah (Kairo: 2010)
[13] Ibid, 181
[14] Ibid, 182-183.

Author: MOHD ZACK

Assalamu'alaikum, Saya Penulis di blog ini, silakan Share jika tulisan ini bermanfaat. Terima Kasih atas kunjungan anda. Kritik dan saran silakan di poting di kolom komentar.

2 comments:

E-mail Newsletter

Kirim alamat E-mail anda untuk mengikuti pembaruan dari kami.

Recent Articles

© 2015 Waajibaty | Distributed By Zacky | Created By Zacky
TOP