A.
Identitas Buku
Judul
Buku : Asal-Usul Manusia Menurut
Bibel Al-Qur’an Sains
Judul
Asli : What is the Origin of
Man? The Answer of Sains and The Holy Scriptures
Penulis : Dr. Maurice Bucaille
Penerjemah : Rahmani Astuti
Tebal :
267 Halaman
Cetakan
Ke : XII, Rajab 1419/November 1998
Penerbit : Penerbit Mizan
B.
Problem Akademik Penulis
Pembahasan mengenai asal-usul manusia telah menjadi perdebatan
sejak beribu-ribu tahun yang lalu dan telah difikirkan oleh manusia itu
sendiri. Gagasan-gagasan pemikiran itu banyak bersumber dari teks-teks
keagamaan yang kemudian memberikan kontribusi pengetahuan yang kemudian
digunakan menusia untuk mengeksplorasi pemikiran mengenai asal-usul manusia.
Alam yang menyediakan berbagai data dan informasi yang kompleks
mendorong manusia untuk menggalli data tersebut yang kemudian menghasilkan
berbagai hipotesis mengenai asal-usul manusia. Darwin misalnya, dengan teori
evolusinya yang dipercayai manusia hingga zaman ini, menjelaskan hipotesisnya
mengenai asal usul manusia. Dengan keterbatasan sains pada saat Darwin
mengemukakan teori ini, pada kenyataannya asal-usul dan evolusi manusia
bersifat sangat pelik. Hal ini meliputi berbagai disiplin ilmu. Sehingga bisa
dipertanyakan apakah satu orang saja bisa menciptakan suatu pertentangan
terinci diantara sekumpulan besar data hipotesis dan penilaian-penilaian yang
telah terbentuk. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, semua orang pasti akan
bersifat skeptic jika diberitahu, bahwa suatu data tertentu yang disimpulkan
dari sebuah studi yang terbatas pada satu bidang saja bisa memberi kita
jawaban-jawaban pasti terhadap masalah ini. Jelas jika semangat untuk
mencetuskan suatu gagasan yang sering timbul hanya dari dugaan belaka atau
kesimpulan-kesimpulan merusak, akan menghambat pengetahuan menyeluruh tentang
masalah-masalah ini.
Penulis dalam hal ini merasa bahwa perlu adanya dukungan-dukungan
data dari kitab-kitab suci monotheistic dalam kajian mengenai asal-usul
manusia. Hal ini berkaitan dengan pandangan beberapa orang yang yang menganggap
bahwa pengetahuan ilmiah dan kepercayaan-kepercayaan keagamaan tidak dapat
dipadukan karena semangat dari kedua hal tersebut sangat berbeda. Bagi golongan
tersebut, hal-hal yang bersifat supranatural akan tampak sebagai suatu
anakronisme (penempatan kejadian pada waktu yang salah). Pemisahan tersebut
menurut penulis dapat memberikan dasar perbincangan bahwa kedua hal tersebut
(Teks keagamaan dan sains) tampak berkaitan pada situasi ini.
Rendahnya pemahaman mengenai teks-teks keagamaan juga berpengaruh
sebagai alasan beberapa orang yang tidak sependapat dengan mengungkapkan
kejadian ilmiah menggunakan teks-teks keagamaan. Diantara para pengikut
monotheistic hanya tahu sedikit tentang agama lain, dan bahkan juga mengetahui
sedikit mengenai kitab-kitab suci mereka sendiri. Secara kronologis, Yudaisme
yang diikuti oleh Nasrani dan Islam merupakan kepercayaan agama lebih dari
sepertiga jumlah umat manusia. Para ilmuan tidak bisa meremehkan agama-agaman
ini, bahkan wajib untuk memahami bagaimana masing-masing diantara mereka
memandang asal-usul manusia. Yang lebih menarik adalah penelitian tentang
pendekatan suatu agama jika jika dilihat dalam kerangka apa yang diketahui pada
masa kini mengenai asal-usul kitab suci tersebut dalam hubungannya dengan masing-masing
agama. Penelitian ini akan menimbulkan gagasan-gagasan baru yang dari gagasan
itu bisa ditarik pelajaran-pelajaran yang tak terbayang oleh benyak orang pada
saat ini.
Informasi yang diberikan mengenai penulis-penulis bible telah
mengubah pendapat-pendapat yang sekarang sudah using sekaligus menolong manusia
untuk memperbedakan factor manusiawi dalam teks itu. Salah satu diantaranya
menurut penulis telah dihapus pada masa dahulu. Teks yang terdapat dalam bible
menjelaskan apa yang terdapat dalam benak orang-orang yang hidup pada abad-abad
kesembilan dan kesepuluh sebelum masehi, dan inilah versi Yahwis mengenai
penciptaan. Teks yang bersumber dari pendeta-pendeta pada abad keenam sebelum
Masehi. Muncul dalam bagian pertama Genesis yang menampilkan tradisi-tradisi
pada masa tersebut.
Penulis (Dr. Bucaille) beranggapan bahwa masalah-masalah penciptaan
itu hendaknya didekati dari sudut pandang tiga agama monotheistik, dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: bagaimana bisa orang-orang
Yahudi, Kristen, dan Islam menerima dengan baik ajaran khas ketiga agama itu
maupun data pengetahuan sekuler yang
menyangkut asal usul manusia?; dapatkah seseorang yang beriman kepada tuhan
menemukan kesesuaian mengenai gagasan-gagasan agamanya dan penemuan-penemuan
ilmiah dalam bidang ini? Hanya da satu jalan untuk mendekati subyek itu. Kita
harus mengetengahkan suatu penjelasan yang seakurat mungkin atas data pasti
pengetahuan ilmiah, kemudian mengadakan suatu perbandingan yang logis tanpa
disertai prasangka dengan ajaran ketiga agama dalam kitab-kitab suci itu.
Dari sini, penulis ingin mengupas lebih dalam hipotesis para ilmuan
mengenai asal usul manusia dan membandingkannya dengan kitab-kitab suci agama
monotheistic. Dari kupasan-kupasan itu penulis ingin memecahkan permasalahan
asal-usul manusia yang sempat menjadi perdebatan sejak ratusan tahun yang lalu.
C.
Kerangka Teoritis
D.
Penelitian Pendahulu
Lamarck
Darwin
E.
Pembahasan
1.
Evolusi di Dunia Hewan: Kesenjangan dalam Pengetahuan Kita
-
Asal-usul
kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidup
Asal usul kehidupan bukan lagi
merupakan kajian laboratorium, hal ini disebabkan karena kata ini selalu
memiliki makna yang tersembunyi. Berbagai disiplin ilmu mencoba mengungkapkan
asal usul kehidupan yang ada di dunia ini, khususnya dalam bidang bilogi
molekuler. Dr. Bucaille mengambil kesimpulan bahwa asal-usul kehidupan di dunia
ini adalah Air, mustahil membayangkan kehidupan tanpa air. Bahkan, air
merupakan prasyarat adanya kehidupan. Selanjutnya, beliau menjelaskan contoh-contoh
rinci mengenai kompleksitas zat hidup yang ada pada organisme-organisme di
dalam suatu system yang heterogen dan kompleks.
Dr. Bucaille mengawali statementnya
dengan penelitian pada dunia Hewan. Dari sekitar hewan yang berjumlah 1,5 juta
spesies yang hidum di dunia ini dapat di klasifikasikan secara runtut dan
menganggapnya sebagai sal-usul hewan yang beraneka ragam. Misalnya, bentuk
bersel tunggal; makhluk bersel banyak dengan dua benih embrio; makhluk bersel
banyak dengan tiga benih embrio; dan kelompok hewan dengan tiga lapisan benih
embrio dan beberapa rongga.
Klasifikasi dan transisi asala usul
hewan ini dianggap mempunyai kesenjangan sangat besar. Dr. Bucaille memberikan
contoh bahwa tidak adanya fosil yang menunjukkan awal mula berbagai phylum.
Sehingga setiap penjelasan mengenai mekanisme yang mengataur evolusi kreatif
rencana-rencana organisasional dasar hanya berbentuk hipotesis.
-
Konsep
evolusi dalam dunia hewan
Dr. Bucaille menyertakan beberapa
teori tentang evolusi hewan, terutama yang dkemukakan oleh Lamarck pada 1801.
Dilanjutkan oleh Cavier yang hidup pada abad ke-19 yang memebandingkan
hewan-hewan pada masanya dengan tulang-tulang yang telah menjadi fosil. Pendapat-pendapat
para Zoologi, Embriologi, dan Paleontologi yang mengemukakan tentang evolusi
hewan ternyata tidak saling mendukung, sehingga masalah evolusi umum
bentuk-bentuk kehidupan benar-benar sangat luas dan kompleks dan membutuhkan
ketajaman ilmiah dalam bidang yang berbeda-beda sekaligus. Seperti botani,
zoologi, anatomi komparatif, peleontologi, embriologi, dan kimia. Karena
luasnya masalah yang dihadapi sehingga sedikit sekali spesialis yang mampu
menguasai setiap aspeknya.
-
Lamarck
dan transformisme
Lamarck, seorang ahli botani yang
bekerja untuk raja perancis mendapat julukan sebagai Bapak Evolusi. Beliau
memberikan kerangka teori evolusi dalam karyanya ‘Discours d’ouverture du 21
Floreal An 8’ (Pidato Pengukuhan pada Hari ke-21 Floreal, Tahun 8) beberapa tahun
sebelum karya besarnya ‘La Philosphie Zoologique’ (Filsafat Ilmu Hewan)
pada tahun 1809. Dalam karyanya, Lamarck menunjukkan ketidakberubahan-relatif
spesies yang tetap secara temporer. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan hewan memodifikasi kebutuhan-kebutuhan mereka atau menciptakan kebutuhan
baru.
Pendapat ini mendapat kritikan keras oleh para ahli zoologi dengan
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh lingkungan, seperti otot yang bekerja
terlalu keras akan tumbuh besar secara tidak wajar.
-
Darwin
dan seleksi alam
Sekitar lima puluh tahun setelah
Lamarck, Darwin memaparkan doktrinnya melalui fakta-fakta yang tampak lebih
berarti dibandingkan dengan apa yang dikemukakan oleh pendahulunya. Menurut Darwin, semakin banyak individu
yang dilahirkan akan terjadi sebuah perjuangan untuk mempertahankan eksistensi
antara satu individu dan individu lain dari spesies yang sama, atau individu
lain dari spesies yang berbeda.
Kritik atas teori Darwin ini dikemukakan oleh PP. Grasse, beliau
mengemukakan bahwa kematian selalu tidak membeda-bedakan. Kematian tidak selalu
merenggut yang paling lemah dan membiarkan hidup yang paling kuat.
-
Evolusi
kreatif
Teori-teori yang telah dikemukakan diatas dapat diringkas menjadi dua
hipotesis: Teori mutasi yang merupakan kesalahan dalam proses penyalinan kode genetika;
dan teori Evolusi Kreatif yang tidak dapat didasarkan pada suatu pembuktian
adanya gen-gen baru. Teori yang pertama bergantung pada peranan adasar
kebetulan yang tidak dapat dipertahankan karena berbagai alasan. Teori kedua
berdasarkan evolusi kretaif melalui informasi baru yang lebih logis.
Sebagaimana dikemukakan bahwa konsepsi mistik mengenai dunia kehidupan ini,
disitu segala sesuatu mengenai dunia harus dibuktikan terlebih dahulu.
Bagaimana kita dapat mengakui secara serius bahwa makhluk hidup yang primitif
secara murni dan hakiki menyimpan dalam dirinya seluruh gen hewan atau bahkan
tumbuhan. Diperolehnya gen-gen itu merupakan pra-syarat adanya evolusi.
2.
Perbandingan Evolusi Manusia dengan Evolusi-Evolusi Makhluk Hidup
Lainnya
-
Pengaruh
evolusi kreatif dalam perkembangan manusia
Kecilnya jumlah dokumentasi paleontologi mengenai asal usul manusia membuat
manusia harus melangkah maju dengan hati-hati untuk menentukan asal-usul
manusia. Data kronologis mengenai kera dan manusia suatu hari nanti mungkin
akan berubah begitu ada penemuan baru di masa mendatang. Apapun yang terjadi,
terdapat argumen-argumen kuat untuk menolak teori bahwa manusia adalah
keturunan dari kera.
Argumentasi yang paling baru adalah setelah ditemukannya DNA. Dalam pita
DNA terdapat ciri-ciri dan fungsi-fungsi anatomis makhluk hidup yang berbeda
antara spesies yang satu dengan spesies yang lainnya, semuanya bergantung pada
kode genetik yang menentukan penampilan mereka, kemampuan untuk bertahan hidup,
dan modifikasi-modifikasi yang mungkin terjadi pada mereka.
Lebih lanjut lagi Dr. Bucaille menegaskan bahwa kemunculan sifat-sifat
baru pada manusia tidak semata-mata dikarenakan bertambahnya gen-gen dan
meningkatnya informasi secara progresif pada warisan kita. Fakta-fakta ini memberikan
kesimpulan bahwa sampai pada batas tertentu, manusia mempengaruhi
perkembangannya sendiri dengan memberikan sumbangan untuk memperkaya modal
warisannya; tanpa keikutsertaan aktif ini dalam evolusinya sendiri, manusia
tidak akan seperti yang sekarang ini. Bentuk evolusi ini, yang unik dalam dunia
hewan, benar-benar memisahkan manusia dengan hewan.
3.
Jawaban Pertama Kitab-kitab Suci: Bibel
-
Pendekatan
modern terhadap kitab bible
Jika berbicara tentang bible, maka
terdapat dua bagian kitab yaitu perjanjian lama dan perjanjian baru. Perjanjian
lama, menurut Dr. Bucaille mempunyai banyak pengarang, banyak versi dan mempunyai sejarah teks yang membingungkan
yaitu baru pada abad pertama masehi teks bibel ditetapkan.
Semua pengarang dalam bible
menuliskan karya mereka dalam kurun sejarah yang berbeda dan sesuai dengan adat
istiadat serta cara-cara pada zaman mereka. Hal ini bisa diketahui dari beragam
tipe sastra yang terdapat dalam bible. Menjadi mudah untuk menjelaskan adanya
ketidaktepatan sejarah, pernyataan yang tidak masuk akal atau pertentangan yang
mencolok.
Konsili Vatikan II (1962-1965)
secara jelas mengakui ketidak sempurnaan dan keusangan teks-teks tertentu dalam
kitab bible. Sebagaimana tercermin dalam Dokumen Konsili no. 4 mengenai Wahyu
yang mendefinisikan pendapat gereja Katholik mengenai makna keseluruhan teks,
dan juga kemustahilan untuk memahami secara harfiah bagian-bagian tertentu.
Masing-masing penulis dalam
perjanjian lama telah mengadakan pendekatan terhadap fakta-fakta dan menyadur
teks-teks sesuai dengan pendapat mereka sendiri. Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes yang menyusun teks antara 70 dan 110 SM. Menyuguhkan kisah-kisah yang
sering berbeda. Sedangkan Paulus menulis bertahun-tahun sebelum mereka.
Selanjutnya Dr. Bucaille menyebutkan
beberapa kesalahan yang dikemukakan oleh penulis Perjanjian Baru, seperti
Matius yang menulis kemungkinan zaman hidupnya nabi Ibrahim yaitu empat puluh
satu generasi sebelum Yesus. Disisi lain terdapat kemungkinan besar bahwa
Ibrahim hidup antara 1850-1800 SM.
Ketidaktepatan yang terdapat di dalam kitab-kitab injil pada dasarnya berasal
dari kesalahan-kesalahan dalam perjanjian lama yang diulang-ulang oleh para
pengabar dalam karya-karya mereka.
-
Penciptaan
manusia menurut bible
Bible tidak memuat
pernyataan-pernyataan mengenai berbagai fenomena alam pada setiap sejarah
manusia yang dapat menjadi subyek pengamatan dan dapat menjelaskan
kemahakuasaan Tuhan. Teks semacam ini hanya terdapat dalam al-Qur’an. Asal usul
manusia dijelaskan dalam kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan
secara keseluruhan. Untuk memahaminya secara benar, harus ditempatkan dalam
konteks yang benar pula.
Penciptaan manusia dalam bible banyak
tersurat dalam Kitab Genesis, baik versi Sakredotal maupun versi Yahwis. Fakta
bahwa terdapat kesalahan-kesalahan dalam dalam bible tidak dapat dielakkan
lagi, hampir dipastikan bahwa para penyusun bible tidak mendapatkan informasi
yang mereka perlukan untuk menyusun peristiwa-peristiwa itu tanpa melakukan sebuah
kekeliruan. Pembelaan mengenai kesalahan-kesalahan ini dikemukakan oleh Jean
Guitton (1978) yang menyatakan bahwa Keslahan-kesalahan ilmiah dalam bible adalah
kesalahan-kesalahan manusia, karena pada masa itu manusia masih seperti anak
kecil yang belum mengenal ilmu pengetahuan. Baik orang Yahudi maupun Nasrani
tidak merasa heran, kaget, ataupun malu karena mendapati kesalahan-kesalahan
ilmiah dalam bible.
4.
Asal-usul, Transformasi dan Reproduksi Manusia Menurut Al-Qur’an
-
Asal-usul
keberlangsungan kehidupan
Al-Qur’an merujuk pada suatu keragaman gejala alam untuk
mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang mengenai ke-Mahakuasaan Tuhan.
Al-Qur’an terkadang juga memberikan uraian secara terperinci tentang cara
fenomena-fenomena itu berevolusi disertai penyebab dan akibatnya.
Al-Qur’an juga telah menjawab sebuah pertanyaan besar yaitu pada
titik mana kehidupan bermula. Hal ini dijawab dalam QS 21:30, 20:53, 24:45
secar jelas dan rinci. Sedangkan mengenai keberlangsungan kehidupan dijelaskan
dalam QS 20:53 dan 13:3.
-
Asal-usul
manusia dan transformasi-transformasi bentuk manusia sepanjang zaman
Beberapa ayat al-Qur’an menurut Dr.
Bucaille merujuk pada transformasi-transformasi yang tampaknya menunjukkan
perubahan-perubahan didalam morfologi manusia. Hal ini kemudian menguraikan
fenonemena yang sepenuhnya bersifat material yang terjadi dalam beberapa fase
dan selalu dalam susunan yang tepat. Ayat-ayat tersebut adalah QS 7:11,
15:28-29, 82:7-8, 95:4, 71:14, 76:28, 6:133.
Kesimpulan dari ayat-ayat tersebut
menyatakan bahwa kelompok-kelompok manusia yang telah ada sepanjang waktu
mempunyai morfologi yang beragam, tetapi modifikasi ini telah berlangsung
sesuai dengan rencana organisasional yang ditetapkan oleh Tuhan, masyarakat
musnah dan digantikan oleh kelompok lainnya. Hal ini telah disampaikan oleh
al-Qur’an kepada kita dengan berbagai ungkapan.
-
Reproduksi
manusia
Fakta ilmiah modern menyatakan bahwa reproduksi manusia berlangsung
dalam suatu rangkaian proses. Dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia oleh
Spermatozoa. Reproduksi manusia secara terinci dijelaskan dalam buku ini
kemudian dibandingkan dengan data yang terdapat dalam al-Qur’an.
Pernyataan-pernyataan dalam al-Qur’an mengenai reproduksi manusia
dapat dikategorikan: Sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan (QS
16:4, 75:37, 80:19); Kompleksitas Cairan pembuah (QS 76:2, 32:8) Evolusi Embrio
didalam Rahim (QS 23:14, 32:9, 53:45-46); Penanaman Telur dalam organ wanita
(QS 75:37-38)
5.
Keselarasan antara Agama dan Sains
-
Berbagai
pendekatan terhadap masalah
Pada bagian akhir ini, Dr. Bucaille menjelaskan keterkaitan antara Agama dan Sains salah satu
pernyataannya adalah bahwa Latar belakang ilmiah benar-benar dapat
menyumbangkan pemikiran-pemikiran yang membawa seseorang semakin dekat pada
suatu gagasan karena dapat membuat mereka merenungkan penemuan-penemuan yang
bisa dilakukan dipandang dari sudut ilmu pengetahuan. Dalam konteks telaah yang
sekarang ini, pertama-tama dan yang palling utama adalah organisasi yang luar
biasa dan kekekalan kehidupan yang mendorong mereka untuk mengakui, bukan hanya
mungkin, tapi sangat besar kemungkinannya bahwa sang pencipta itu ada.
Sebaliknya, tiadanya latar belakang ilmiah tidak akan membantu mereka, yang
cenderung menerima gagasan-gagasan bahwa tuhan itu tidak ada, untuk memahami
fakta-fakta tertentu yang sangat jelas yang nyata-nyata mendukung
keberadaan-Nya.
-
Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi
Orang-orang pada zaman Darwin lebih banyak berfikir dengan
menganalogikan gagasan-gagasan yang dikemukakan mengenai subyek dunia hewan,
bukannya melalui suatu proses pengambilan yang patuh pada suatu disiplin.
Pertentangan yang ada lebih banyak meningkatkan argumen-argumen yang bernafsu
daripada perbandingan-perbandingan ilmiah yang didokumentasikan dengan
bukti-bukti pasti dan patut dipertimbangkan secara valid.
Suatu kesulitan lain terletak pada pendapat yang dibaca atau
didengar orang dari berbagai tempat menyangkut isi kitab-kitab suci baik
mengenai bible maupun al-Qur’an. Pernyataan-pernyataan sering dikatakan dari
satu atau lain teksyang dalam kenyataan tidak terdapat dalam kedua kitab
tersebut. Jika dinyatakan bahwa suatu pernyataan tertentu dalam kitab suci
telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan, maka kredibilitas teks itu akan
berkurang.
-
Konsep
penciptaan dan ilmu
Agama monotheistik tidak menjelaskan apapun mengenai kehadiran
manusia dimuka bumi selain pernyataan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan.
Pernyataan ini didapatkan dalam kedua kisah perjanjian lama dan juga dalam
al-Qur’an. Sementara ilmu tidak memberikan bukti formal sedikitpun untuk
mendukung teori ini, dan juga tidak mengemukakan argumen-argumen yang
menyuarakan pertentangan atau yang membuat kita menganggapnya sebagai suatu
legenda yang harus dikesampingkan.
Evolusi kreatif dapat dikatakan telah menyebabkan munculnya suatu
keturunan manusia yang selanjutnya menjalani transformasi-transformasinya yang
spesifik. Transformasi ini terjadi dalam suatu pola organisasional yang
terwujud dalam berbagai tingkat seiring dengan berjalannya waktu. Tumbuhnya
kompleksitas itu berasal dari berkumpulnya secara lambat launinformasi baru
yang menyangkut perkembangan formasi-formasi dan fungsi secara anatomis,
terlebih-lebih menyangkut perkembangan otak. Jadi, apapun teori yang
dikemukakan, konsep umum penciptaan sebagaimana yang dinyatakan dalam
kitab-kitab suci agama monotheistik tampaknya sama sekali tidak bertentangan
dengan data yang disuguhkan oleh ilmu.
-
Kesesuaian
antara agama dan ilmu
Gagasan-gagasan yang telah dikemukakan dalam karya Dr. Bucaille ini
telah membawa pembaca jauh dari konsep-konsep yang menguasai banyak ilmuan dan
filusuf dari abad yang lalu yang menganggap agama dan ilmu bertentangan. Agama
dianggap lahir dari keyakinan dan unsur-unsur misteri yang menyertainya,
sementara ilmu dianggap pasti dan berdasarkan akal, sebab hanya fakta-fakta
yang diakui ilmu lah yang dianggap benar. Kenyataannya, ilmu sendiri tidak
mampu memberikan jawaban terhadap beberapa pertanyaan, misalnya mengenai
asal-usul kode genetik dan banyaknya informasi yang dikandungnya.
Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa perbandingan antara
ajaran-ajaran agama dan data ilmiah adalah suatu kesesuaian yang telah timbul
yang menghapuskan pertentangan panas masa lampau. Hal ini menunjukkan bahwa
penyelidikan atas suatu subyek seperti yang ditelaah dalam buku ini akan
menjadi lebih jelas jika pembaca mengesampingkan hipotesis-hipotesis ideologis
dan menggantungkan diri pada fakta-fakta yang nyata, kesimpulan logis dan
kekuatan akal.
F.
Kesimpulan
1.
Problem Solving
Bahasan mengenai
asal usul manusia selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan sejak
zaman klasik hingga kontemporer. Ternyata masih banyak hal yang tidak diketahui
oleh manusia tentang asal usul dirinya sendiri. Seolah hal ini merupakan sebuah
misteri yang mungkin tak akan terungkap hingga kapanpun. Hanya Sang Pencipta
yang mengetahui dari manakah asal muasal manusia, dimana hal ini manusia itu
tertulis di beberapa kitab suci, terutama injil dan Al-Quran dengan jelas.
Teori Darwin
sempat menjadi perbincangan mengenai asal muasal manusia dan menjadikan
perdebatan mengenai beberapa hipotesis tersebut kian “memanas”. Dimana Teori
Darwin ini mengatakan bahwa manusia adalah manusia berawal dari hewan yang
mengalami evolusi yang panjang. Lebih dari itu, dikatakan bahwa manusia berasal
dari kera. Bahkan ada pula yang berpendapat dari hewan golongan reptil. Padahal
nyatanya, secara kasat mata, teori-teori hasil temuan manusia itu sangatlah
bertentangan dengan apa yang tertulis pada kitab suci. Dalam buku ini, kitab suci
yang akan dibandingkan untuk ditelaah hanya dua, yakni Bibel (Alkitab) dan
Al-Qur'an.
Dr. Maurice
Bucaille, seorang ahli bedah dan dokter senior
berkebangsaan Perancis, beliau memusatkan perhatiannya pada bidang
biologi molekuler dan genetika. Beliau kemudian menelaah dari dekat kitab-kitab
suci agama-agama monoteistik yakni Yahudi, Nasrani dan Islam. Buku ini
merupakan ringkasan dari hasil telaahnya itu.
Dalam bukunya
ini, Bucaille mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan meragukan.
Sedangkan dalam Al-Quran, ia justru menemukan banyak kecocokan dengan fakta
sains modern. Melalui buku ini pula, Bucaille menemukan fakta-fakta dari
ayat-ayat Al-Quran tentang berbagai fenomena di alam, khususnya tentang
asal-usul makhluk hidup, proses biologis pada organisme makhluk hidup,
proses-proses biologis pada organisme hidup, ternyata tidak bertentangan dengan
hasil-hasil temuan sains.
Beberapa contoh
yang diungkapkan oleh Dr. Bucaille dari kesesuaian antara ayat-ayat Al-Quran
dengan hasil-hasil temuan sains tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Teori
ledakan besar (big bang) dengan ayat dalam Al-Quran surat Al-Anbiya (30) :
“dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan keduanya….,”
Secara tersirat
ayat tersebut menyatakan bahwa langit dan bumi pada awalnya merupakan suatu
kesatuan lalu kemudian mengalami pemisahan. Nah, dalam sains, penjelasan
mengenai pemisahan langit dan bumi ini dikenal dengan teori ledakan besar (big
bang)
b.
Ilmuwan
menemukan senyawa iosonik (garam) pada mumi Fir'aun. Dan Bucaillemenyatakan
bahwa memang Allah-lah menyelamatkan badan Fir’aun,. Hal ini sesuai dengan
kenyataan pada apa yang tersurat dalam QS. Yunus (92) :
"Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu”
Ternyata apa
yang ditemukan para ahli yakni senyawa iosonik (garam) di dalam badan Fir’aun
yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam di lautan dan kemudian
diselamatkan Allah SWT, sehingga kita bisa melihatnya hingga saat ini.
c.
Temuan
sains yang menyatakan bahwa gunung dan lempeng bumi itu bergerak, adalah sesuai
dengan QS. An-Naml (88) : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia
tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.”
Beliau juga
membuat kesimpulan bahwa Pernyataan-pernyataan di dalam Al-Quran tentang
asal-usul kehidupan (apakah itu merujuk kepada kehidupan secara umum,
unsur-unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan di dalam tanah ataupun benih
hewan-hewan) seluruhnya sangat bersesuaian dengan data ilmiah modern.
2.
Kritik dan Saran
Secara fisik,
terutama kualitas kertas dan spasi, bentuk dan ukuran huruf mempunyai spasi
sangat rapat sehingga sehingga terkadang membuat mata cepat lelah saat membaca.
Pemaparan materi yang disuguhkan oleh Dr. Bucaille dalam karyanya ini, menurut
saya sangat logis berdasarkan fakta ilmiah dan hal ini menurut saya dapat
memperkuat keimanan bagi Muslim dan sebagai jalan hidayah bagi non-Muslim,
sekaligus dapat membuktikan kebenaran dan keabsahan suatu ajaran agama.
Namun
sayangnya, pada bagian ketika Bucaille membahas tentang penciptaan Adam
yang beliau dasari dengan QS Al-A’raf : 11, dimana ia meyakini bahwa ayat
tersebut menyiratkan adanya proses perubahan atau transformasi bentuk manusia
dalam perjalanan waktu yang panjang sehingga mencapai bentuk sempurna seperti
saat ini. Penjelasan Bucaille dalam bahasannya ini kurang dapat dipahami.
Bucaille mengakui kebenaran teori evolusi pada makhluk selain manusia, namun,
dia tidak menyatakan evolusi manusia tidak berkaitan dengan evolusi makhluk
lain.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete