Bahasa yang khusus digunakan manusia mempunyai
identitas dan ciri tersendiri yang lain dari yang lain. Karakteristik khusus
ini telah memalingkan perhatian para ulama' terdahulu yang telah membaca
pentingnya tema kebahasaan kemudian menulis tentang bahasa dengan metode yang
berdasarkan keilmuannya. Sosiolog, Psikolog, Filusuf dan lain sebagainya telah
membahas tema-tema kebahasaan dalam kajiannya.
Bahasa mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan manusia
dan lingkungannya. Perannya yang memungkinkan untuk berkomunikasi antar manusia
dan lingkungannya, memudahkan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan untuk
disampaikan pada orang lain sebagai wujud dari eksistensi seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
Secara maksimal, urgensi dari bahasa tersebut dapat
dilihat dari kehidupan manusia itu sendiri, wajar jika kita heran pada
karakteristik dasar yang menjadikan bahasa manusia mempunyai ciri-ciri khusus
dan bentuk yang berbeda-beda. Hasilnya, beberapa kata yang dapat dilafalkan
oleh hewan-hewan tertentu.
Oleh karena itu, manusia harus bisa melakukan
penelitian pada karakteristik bahasa manusia, dengan melakukan peninjauan
terhadap fitur "bahasa" hewan dengan tujuan mengambil kesimpulan
terhadap masalah yang membedakannya dengan bahasa manusia dan hal yang dapat
menjadi bukti nyata atas kebenaran hipotesis kita bahwa bahasa adalah entitas
yang khusus ada pada manusia dan unik.
1.
"Bahasa" Hewan
Dalam
kegiatan pengamatannya terhadap suara hewan, para ilmuan berpendapat bahwa
sebagian hewan mampu mengeluarkan suara yang bertujuan untuk berkomunikasi
dalam bentuk tertentu. Kenyataan ini berpengaruh terhadap perhatian Alsiniyyin
yang mempunyai konsentrasi besar dalam meneliti suara hewan tanpa melupakan
kenyataan bahwa objek penelitiannya tersebut mengandung keraguan, dan
berdasarkan keyakinan bahwa suara ini sangat berbeda dengan suara bahasa yang
ada pada manusia dan selanjutnya tidak memungkinkan untuk membandingkannya
dalam kenyataan ilmiah dengan bahasa Manusia.
Terkadang
hewan berusaha menyampaikan keinginannya pada hewan yang lain dengan
menggunakan suara-suara dan teriakan. Namun, usahanya ini tidak melampaui
keberadaannya, dalam keadaaan yang baik sebagai hasil dari keadaan perilakunya.
Dua burung yang berlainan baik Burung Gereja atau elang pada dasarnya
mengisyaratkan pada burung yang lain yang ada di sekelilingnya apabila ada
bahaya yang mengintai.
Mungkin bagi kita untuk membandingkan pola komunikasi antar burung ini
pada metode tingkah laku tertentu dengan manusia yang bertindak semisalnya,
pada hakikatnya adalah perasaan takut yang amat sangat sehingga dapat
mengungkapkan tanda kepanikan. Dan tidak mungkin bagi kita untuk
membandingkannya secara ilmiah dengan informasi yang tersedia ketika seseorang
memanggil orang yang lain dengan berkata: awas!! Ada bahaya mendekati kita!!.
Kita telah
mengetahui tanda-tanda tertentu yang berhubungan dengan perilaku hewan,
sebagian hewan mempunyai aturan isyarat yang bermacam-macam dan digunakan untuk
tujuan yang bermacam-macam juga. Namun, manusia cukup mempunyai bentuk
komunikasi tunggal yang digunakan.
Dan
kemungkinan orang yang melihat bahasa sebagai sebuah pencapaian intelektual
akan meyakini bahwa hewan mempunyai otak yang mampu berkembang dan memperoleh
bahasa tertentu. Namun pada kenyataannya keyakinan ni adalah keyakinan yang
salah. Hal ini disebabkan karena otak manusia tidak hanya dilihat dari bentuk
fisiknya yang lebih besar dari otak kera misalnya, tetapi perbedaannya Nampak
sekali baik dari segi jenis dan strukturnya. Telah masyhur bahwa orang yang
kerdil yang otaknya tidak melebihi setengah dari otak manusia normal, mereka
dapat menggunakan bahasa yang dapat diterima. Selain itu, monyet atau simpanse
yang paling cerdas tidak akan bisa belajar bahasa. Disisi lain, anak-anak
manusia belajar bahasa terlepas dari tingkat kecerdasannya. Hal ini juga
ditetapkan bahwa "Idiot" terlepas dari kekurangannya yang membatasi
kecerdasannya juga bisa menggunakan bahasa walaupun dengan cara yang sangat
primitive. Hal ini menjadikan alasan yang pasti bahwa bahasa manusia itu tidak
terbantahkan seperti -keyakinan sebagian ilmuan- hanya karena kecerdasan
manusia.
Kejanggalan
berikut dapat terfikirkan oleh pembaca: apabila bahasa manusia tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan, maka bagaimana kita menjawabnya? Jawabannya cukup sederhana bahwa kemampuan
manusia untuk berbicara adalah kerena manusia itu sendiri, tidak ada
hubungannya dengan tingkat kecerdasan atau perkembangan otak. Tidak ada alasan
untuk mengaguminya selama manusia masih memiliki organ tubuh khusus untuk
berbicara, beda dengan hewan.
Berdasarkan
atas pernyataan diatas, bahwa tidak mungkin kemampuan berbahasa hanya khusus
dimiliki oleh manusia, pemerolehannya secara berulangkali atau meningkatkan
respon secara insentif dalam penelitiannya, misalnya dibandingkan dengan
penelitian yang mengambil obyek tikus dalam labolatorium ilmiah. Hal ini
bertentangan dengan ilusi yang nyata dalam bidang ini dan melemahkan pendapat
sebagian ilmuan dalam ranah ini.
Kita harus
menambahkan keterangan dengan menjelaskan secara ringkas suara-suara monyet,
lumba-lumba, dan suara yang Nampak dari burung-burung.
a.
Monyet atau Simpanse
Hewan ini
menjadi obyek penelitian di berbagai laboratorium seperti yang diusahkan oleh
para ilmuan untuk mengajarinya beberapa kata. Namun, perhatian kami hanya
terbatas sampai disini, dengan meneliti suara-suara yang berasal dari hewan
ini.
Hewan ini
menuturkan beberapa pekikan. Pekikan tanda
senang seperti ha ha ha dungkapkan ketika pelatihnya memberikannya makan
atau memberinya minum dan dari hewan ini juga keluar pekikan yang lemah untu
menandakan kesedihan. Para ilmuan telah meneliti reaksi yang sangat
komprehensif tentang perubahan tingkah laku kera dan monyet saat sedang makan
ketika mengeluarkan suara pekikan yang keras dan menggema di kebun binatang.
Hal ini membawa pada sebuah keyakinan bahwa hewan ini saling berinteraksi dan
salaing menjawab padahal kenyataannya ini tidak lain hanyalah isyarat suara
saja.
Penelitian
ini tidak lantas menarik kesimpulan tentang adanya "bahasa" hewan
yang digunakan kera untuk berinteraksi diantara mereka. Hal ini hanyalah suara
yang kita dengarkan dari kera yang hanya mengisyaratkan adanya aturan
komunikatif yang mereka miliki. Itu adalah sebuah metafora dari aturan tertutup
yang mengandung unsur-unsur yang kecil dan terbatas dari sebuah pekikan
tertentu. Pekikan-pekikan itu mempunyai ciri khas dan berbeda dengan pekikan
yang lain dari segi suara, dan tidak membentuk pola komunikasi antara pekikan
satu dengan yang lain. Isyarat-isyarat ini layak digunakan sebagai unsur yang
berguna bagi keadaan tertentu secara global.
b.
Lumba-lumba
Ilmuan-ilmuan
kontemporer telah focus pada penelitian suara lumba-lumba di lautan dalam. Hal
ini menjelaskan pada mereka bahwa hewan ini mengeluarkan suara-suara yang
berbeda yang mengekspresikan kesedihan, kegembiraan dan isyarat membutuhkan
bantuan. Namun, hasil dari penelitian ini juga mengarah pada adanya system
komunikasi tertutup yang dimiliki oleh lumba-lumba dan juga mengandung daftar
suara yang terbatas yang tidak berubah dan berfungsi untuk kejadian tertentu
secara global.
Aturan-aturan
komunikasi yang dimiliki oleh hewan in berbeda secara kontras, seperti yang
akan anda ketahui pada bahasa yang digunakan oleh manusia. Untuk memperluas
informasi tentang tema ini akan kami jelaskan bentuk lain dari isyarat
komunikasi hewan yang ditemukan pada lebah.
c.
Lebah
Penelitian
pada tingkah laku lebah telah dilakukan oleh para peneliti belum lama ini,
berdasarkan keyakinan bahwa ada semacam aturan komunikatif yang memungkinkan
lebah untuk berkumpul. Atuarn perkumpulan lebah dan aktifitasnya yang khas dan
koheren yang membuat mereka mampu bergerak bersama-sama dalam berbagai keadaan
secara tiba-tiba menunjukkan keyakinan adanya aturan komunikatif yang menuntun
lebah untuk melakukan ini. Perhatian para ilmuan tertuju pada cara lebeh
mengetahui sumber makanan.
Telah
diketahui bahwa setelah lebah menemukan sumber makanan akan kembali ke
sarangnya dan bersiap-siap dengan gerakan-gerakan yang membimbing lebah yang
lain untuk menuju sumber makanan tersebut. Dan cepat sekali lebah ini menuju
sumber mekanan tanpa ditemani lebah yang memberitahunya. Hal ini menjelaskan
bahwa lebah mampu menentukan sumber makanan dengan teliti atas apa yang
dilakukannya dari gerakan-gerakan tertentu. Dan memberitahukan lebah yang lain
pada tempat yang dituju tanpa ditemani oleh lebah yang menemukan tempat makanan
tersebut. Dan perlu ditanyakan bagaimana cara lebah untuk memberitahu lebah
yang lain pada tempat makanan dan menentukannya dengan akurasi yang tepat?.
Lebah memberikan
isyarat dengan gerakan tertentu ketika ada makanan pada suatu tempat. Dan
gerakan yang dilakukan pada sekelilig makanan mengisyaratkan jarak yang dekat
disekelilingnya, tidak melebihi radius dua ratus meter.
Lebah
menggunakan gerakan lain ditentukan oleh jarak dengan akurasi yang tepat.
Gerakan ini menyerupai angka delapan (8) dalam bahasa eropa, lebah menjalankan
gerakan ini kedepan kemudian melingkar penuh ke kiri kemudian bergerak lagi
kedepan dan melingkar sempurna ke kanan. Gerakan ini dilakukan lebih dari
sekali dan disertai dengan getaran di perutnya. Gerakan terakhir mengisyaratkan
jarak antara sumber makanan dan sarangnya., dan ini merupakan gerakan
terpanjang daripada sebelumnya. Jarak yang dituju terkadang sampai enam
kilometer.
Begitu juga
telah diketahui oleh para peneliti bahwa lebah memberikan isyarat untuk arah
yang akan dituju ke tempat makanan. Hal ini dilakukan dengan membentuk sebuah
huruf yang disandarkan pada Matahari. Dengan gerakan menyimpang kea rah kiri
atau kanan menunjukkan waktu untuk menuju tempat makanan dan disandarkan pada
matahari. Lebah juga menjadikan awan yang menutupi matahari sebagai penunjuk
jalannya, karena lebah mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap sinar
matahari.
Seharusnya
kita lebih focus meneliti pada sampainya gerakan-gerakan atau karakter dasar
ini pada serangga lain selain lebah pada kemungkinan terjadinya hal ini untuk
tujuan komunikasi sesamanya, namun hal ini tidak terjadi kecuali hanya pada
lebah sehingga jelas bagi para peneliti bahwa hal ini hanya untuk menunjukkan
posisi makanan secara tepat.
Telah
menjadi ketetapan sekarang dan tanpa diragukan lagi bahwa lebah menghasilkan
semacam pesan yang mengandung beberapa data yang dapat dipahami seperti yang
telah diteliti, lebah juga bisa menggambarkan beberapa hubungan yang terkait
seperti tempat makanan, jarak makanan dari sarang dan memungkinkannya untuk
menyimpan memori tersebut dalam ingatannya dan mengkomunikasikannya pada yang
lain melalui perilaku isyarat.
Jadi, lebah
mampu menyampaikan pesan pada kenyataan tertentu. Terlebih lagi, lebah dapat
memperkirakan isyarat tersebut pada saat yang sama. Dan perlu dicatat bahwa
aturan komunikatif yang telah diteliti keberadaannya dalam sekumpulan
lebah adalah aturan sekumpulan lebah
yang memungkinkan untuk dimengerti dan digunakan oleh seluruh anggotanya.
Telah tampak
sekilas bahwa lebah mempunyai daftar bahasa yang terdiri atas isyarat yang
menyerupai bahasa manusia. Namun jika kita mempelajari lebih dalam tentang
aturan-aturan komunikatif antar lebah ini menjelaskan pada kita bahwa hal itu
sangat berbeda jauh dari bahasa yang digunakan manusia. Dan perbedaan ini akan
tapak pada beberapa point berikut:
1.
Bahasa yang digunakan lebah berbasis isyarat bukan
ucapan yang tidak memungkinkan untuk dipergunakan ketika keadaan gelap atau
tidak adanya penglihatan.
2.
Lebah tidak bisa berbicara dan bertukar informasi.
Bahasanya hanya terbatas pada penyampaian informasi dan respon atas perilaku
tersebut.
3.
Kandungan aturan komunikatif yang digunakan lebah ini
tidak lebih dari pemberitahuan akan adanya sumber makanan, jarak sumber makanan
dari sarang dengan menggunakan isyarat.
4.
Tidak memungkinkan bagi kita untuk menganalisis aturan
komunikatif ini pada unsur-unsur yang terdiri dari gerakan-gerakan lebah.
Dapat
diambil kesimpulan bahwa isyarat yang digunakan oleh lebah tidaklah berbeda
dengan suara para hewan yang tidak dapat diartikan sebagai bahasa, tetapi itu
hanyalah perantara pada bahasa seperti yang terjadi pada manusia. Disini kita
tidak membandingkan antara suara hewan dan bahasa yang digunakan oleh manusia.
Namun selayaknya kita bisa menjelaskan karakteristik suara hewan ini dengan
tujuan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dasar antara keduanya.
2.
Karakteristik "bahasa" hewan.
Telah kita
katakana bahwa suara-suara yang digunakan oleh hewan bukanlah bahasa dengan
pemahaman bahasa yang digunakan oleh manusia. Maksud dari perkataan ini adalah
bahwa dalam suara-suara itu tidak tampak karakteristik seperti yang tampak pada
bahasa yang digunakan oleh manusia.
Sebaliknya, hal ini menunjukkan karakteristik dan fitur tertentu dan sangat
berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh manusia. Dan kita akan membahas dua
karakteristik dasar aturan komunikatif yang digunakan hewan.
1.
Aturan komunikatif yang digunakan oleh hewan adalah aturan
tertutup.
Seperti yang
telah kami katakan bahwa aturan komunikatif yang digunakan hewan mengandung
pekikan atau atau isyarat komunikatif tertentu, yang setiap diantaranya
mempunyai ikatan dengan perilaku atau perasaan tertentu. Hal ini jelas sekali dalam
pembahasan global tentang kajian suara hewan.
2.
Aturan komunikatif yang digunakan hewan terikat dengan
dimensi khusus bukan bahasa.
Aturan
komunikatif hewan terkadang mengikuti perilaku khusus hewan tersebut dan
terkadang mengandung keterbatasan-keterbatasan bahasa dan terikat dengan
sesuatu yang bukan merupakan bahasa, khususnya ketika berkonsentrasi pada titik
terjauh "bahasa" pada titik penerimaan bahasa.
Aturan
komunikatif hewan seperti mengandung bahasa manusia dalam kemungkinan yang
luas. Namun isyarat disini mempunyai mekanisme dan prinsip-prinsip yang berbeda
dari aturan bahasa manusia. Hal ini disebabkan karena manusia mampu
menyesuaikan mekanisme dan prinsip ini dan dapat menggunakan bahasa secara tak
terbatas dari segi pemikiran, perasaan, dan tujuan tertentu dengan cara yang
konsisten.
Diterjemahkan
dari: Al-Falsafah Al-Lughawiyah, Pasal 1
0 komentar: