Tuesday, January 24, 2012

ASPEK AFEKTIF DALAM PERKEMBANGAN BAHASA

By MOHD ZACK  |  7:18 AM No comments


PEMBAHASAN
ASPEK AFEKTIF DALAM PERKEMBANGAN BAHASA
A.    Pengertian Perasaan
Dalam kamus Psikolinguistik afektif berarti gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (emotif). Karena aspek afektif berhubungan dengan perasaan, maka makalah ini akan membahas tentang perasan.
Pengertian perasaan sendiri adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami setiap hari. Beberapa dari sifat perasaan ialah senang atau sedih, kuat atau lemah, lama atau sebentar, bersifat ank era.[1]
B.     Reaksi Emosional
Reaksi emosional merupakan gejala jiwa yang memiliki bermacam-macam reaksi dan variasi, diantaranya:
1.      Terkejut, ialah reaksi yang terjadi secara tiba-tiba karena adanya hal-hal yang tidak disangka sebelumnya.
2.      Sedih, ialah kekosongan jiwa karena kehilangan sesuatu yang disayangi.
3.      Gembira, ialah rasa positif terhadap sesuatu yang dihadapi.
4.      Takut, ialah perasaan lemah atau rasa tidak berani menghadapi sesuatu.
5.      Gelisah, ialah suasana jiwa yang belum diketahui kepastiannya atau ketidak-tentuan mengenai sesuatu.
6.      Khawatir, ialah merasa tidak berdaya dan disertai rasa terancam.
7.      Marah, ialah perasaan emosi yang kuat.
8.      Heran, ialah reaksi terhadapt sesuatu yang belum pernah dialami.
9.      Giris, ialah perasaan yang timbul akibat dari tidak adanya kesimbangan antara dirinya dengan lingkungannya.[2]   

C.     Gangguan Perasaan
1.      Melancholia atau depresi
Perasaan ini mempunyai ank  selalu muram, sedih dan susah. Depresi bisa juga akibat dari pengalaman yang tidak mengenakkan atu tidak diinginkan. Bahkan karena keputus asaan dan tidak tahu jalan keluar, manusia bisa mengalami depresi. Oleh sebab itu bila penderita depresi tidak segera mendapat pertolongan, kemungkinan besar mereka akan melakukan bunuh diri.
2.      Maniso
Orang penderita maniso mempunyai ank  terlalu lincah dan bahkan seperti orang yang tidak memiliki masalah. Meskipun begitu dalam hati mereka ada rasa sedih dan susah. Mereka juga bisa tertawa, tapi tertawanya hambar dan kadang-kadang sinis.
3.      Apathesia
Penderita apathesia hampir atau sama sekali tidak pernah menunjukkan perasaannya. Mereka tidak peduli terhadap keadaan-keadaan sekitar atau acuh tak acuh.

D.    Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah cara utama untuk mengkomukasikan isi pikiran. Perkembangan bahasa ini dimulai dari tingkat fonem sampai tingkat menggunaan kalimat.
Seorang bayi mempunyai bahasa pertama yaitu tangisan. Rita L. Atkinson dkk dalam bukunya Pengantar Psikologi menjelaskan bahwa anak lahir ke dunia dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuai dengan fonem yang berbeda dalam semua bahasa. Pada tahun pertama kehidupannya bayi mempelajari fonem mana yang sesuai dengan bahasanya dan kehilangan kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi yang bersesuai dengan fonem yang sama dalam bahasanya.[3]
Pada usia satu tahun keatas, anak mulai berbicara meskipun belum lengkap. Seperti atit (sakit), itut (ikut), atoh (jatuh) dan lain sebagainya. Pada usia ini anak masih kesulitan dalam mengucapkan beberapa huruf. Dalam hal kata benda anak masih memperluasnya. Maksudnya ketika suatu hari ibu mengatakan “mobil”, hari berikutnya anak melihat motor lalu ia mengatakan “mobil”. Contoh tersebut terlhat bahwa anak masih memperluas kata yaitu semua yang mempunyai roda ia anggap mobil.
Sekitar usia 2,5 tahun perluasan kata mulai menghilang, anak sudah bisa membedakan kata dalam suatu kalimat. Tapi anak masih belum sempurna dalam mengucapkan kalimat. Ia masih menggunakan ank e telegram yaitu mengucapkan kalimat singkat.
Perkembangan anak manusia dari segi apapun jauh sekali dari perkembangan anak binatang apapun, manusia diciptakan sedemikian rupa secara sempurna sehingga dapat menghasilkan perkembangan yang lebih dari apapun. Hal ini terutama ditandai dengan perkembangan bahasa dengan catatan anak manusia tersebut berkembang dalam lingkungan masyarakat manusia juga.
Adanya suara pada anak manusia hanyalah suatu  pertanda adanya kesadaran yang sama halnya juga dialami pada anak binatang, namun ada sisi lain yang berbeda yaitu pada anak manusia mengalami perkembangan selanjutnya. Untuk membedakan hal tersebut, fungsi bahasa dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a.       Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.
b.      Bahasa sebagai peresapan (mempengaruhi orang lain).
c.       Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.[4]
           Bahasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan aspek-aspek kecerdasan manusia. Noam Chomsky, seorang pakar liguistik yang lahir pada 1928 di Philladelphia. Mengemukakan teori tentang perkembangan bahsa manusia. Pendapat Chomski ini dimulai dengan gagasannya tentang bakat bahasa, dengan asumsi dasar bahwa anak yang memperoleh bahasa tidak hanya belajar dari senuah akumulasi tuturan yang acak, tetapi mempelajari seperangkat kaidah yang mendasari prinsip pembentukan pola Ujaran. Pada dasarnya seseorang yang memperoleh pengetahuan bahasa menginternalisasikan sidtem kaidah yang berhubungan dengan bunyi dan makna.[5]
           Selanjutnya, Chomsky mengembangkan gagasannya tersebut ke arah perkembangan bahasa. Berikut ini adalah konsep dasar teori Chomsky tentang perkembangan bahasa:
1.      Pentingnya aturan-aturan
Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar Brown yang disebut gudang penyimpanan. Anak-anak menbgimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul. Chomsky membuktikan kalau pandangan ini tidaklah tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat, karena manusia scara rutin selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
2.      Cara anak yang mengagumkan untuk menguasai aturan bahasa
Chomsky telah memusatkan penelitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti saat kita mengubah kalimat pertanyaan menjadi kalimat pernyataan.
3.      Hipotesis bawaan (Innate Hypothesis)
Chomsky mengatakan kalau pencapaian linguistic pada anak-anak umumnya terlalu besat untuk bisa dijelaskan jika kita beranggapan hal itu diajarkan oleh lingkungan.
4.      Batasan-batasan bawaan (Innate Constrains)
Pada tingkatan universal, kemungkinan besar kita cenderung mengkonstruksi bahasa dari blok-blok bangunan tertentu, seperti kata benda dan kata kerja. Namun Chomsky sendiri lebih percaya kalau pikiran kitalah yang mempunyai batasan-batasan tertentu, sesuatu yang tertanam sejak lahir, sehingga kita bisa merasakan ketrbatasan-keterbatasan aturan tersebut.
5.      Struktur permukaan dan struktur dalam[6]
Saat kita menciptakan, memahami dan mentransformasikan kalimat, secara intuitif kita bekerja di dua tingkatan, mengikuti struktur permukaan (surface-structure) dan struktur dalam (deep-structure) kalimat-kalimat.
             Pandangan-pandangan Chomsky mengenai perkembangan bahasa ini sudah menginspirasi banyak peneliti dan para ahli psikolinguistik untuk mempelajari perkembangan bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Para ahli psikolinguistik tersebut selanjutnya menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut:
1. Bahasa awal
Sejak lahit, bayi tampaknya terserap ke dalam bahasa. Bayi membuat gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus sebagai respons terhadap ucapan.
2. Pengucapan suku kata
Pada usia satu tahun, bayi mulai menggunakan kata tunggal yang dipercaya oleh beberapa peneliti sebagai ekspresi dari seluruh kalimat.
3. Pengucapan dua kata
Mulai satu setengah tahun, anak mulai meletakkan dua suku kata scara bersamaan, dan bahasa mereka menunjukkan struktur tertentu.
4. Pengembangan Gramatika
Antara usia dua sampai tiga tahun, anak biasanya meletakkan dua atau lebih suku kata secara bersamaan dan meletakkan subyek dan predikat yang melampaui fungsinya sekedar sebagai agen dan tindakan saja.
5. Perubahan-perubahan
Antara usia tiga sampai enam tahun, gramayika anak-anak berubah dengan cepat menjadi cukup kompleks. Umumnya mereka membuat banyak perubahan disini.
6. Mendekati gramatika orang dewasa
Meskipun anak menguasai banyak aspek gramatika pada usia 5 atau 6 tahun, sejumlah pengubahan kalimat yang kompleks masih tidak mau mereka lakukan seperti kesulitan terhadap kalimat pasif.
7. Universalia[7]
Ketika mulai menguasai perubahan-perubahan kalimat, jelas mereka menggunakan aturan yang berbeda dari bahasa satu ke bahsa yang lain. Aturan ini bisa saja mengandung keterbatasan yang bersifat universal sehingga membatasi struktur kalimat yang mereka bentuk nantinya.

E.     Perolehan Bahasa
Perolehan bahasa ialah suatu proses dimana anak bisa berbahasa. Lalu, Mekanisme perolehan bahasa pada anak-anak dapat dijelaskan dalam tiga pandangan, yaitu[8]:
1.      Pandangan Empiris Murni, yang dipelopori oleh Skinner. Inti pandangan empiris ialah language is a function of reinforcement. Menurut pandangan ini, anak menyimpan semua data (kata-kata yang didengar) dalam ingatannya melalui asosiasi. Kemudian ia melakukan observasi terhadap lingkungannya, ia akan melihat adanya hubungan antara entity (kombinasi antara obyek dengan person) dengan suatu aksi tertentu. Lama kelamaan terjadi asosiasi yang kuat antara keduannya dan asosiasi tersebut disimpan dalam ingatannya. Aliran ini juga menganggap penting aspek imitasi dalam perolehan bahasa anak.
2.      Pandangan Aliran Rasionalis Murni, dipelopori oleh Chomsky. Aliran ini memandang kemampuan bahasa sebagai sesuatu yang bersifat bawaan. Sedangkan inti pandangan ini adalah  bahasa ialah suatu kemampuan yang khas dipunyai manusia. Maksudnya, manusia secara biologis memang sudah diprogramkan untuk memperoleh bahasa. Faktor bawaan ini oleh Chomsky disebut innate mechanism. Bahwa anak mempunyai innate mechanism dibuktikan dari cara kalimat yang disusun tidak jauh berbeda dengan yang didengar.
3.      Model Proses atau Analisis Srategi, inti dari pendekatan ini adalah suatu model untuk bahasa yang mencoba menjelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif dan bagaimana manifestasinya dalam tingkah laku. Jadi, berkembangnya ank eras dan ank eras individu adalah hasil dari prosedur kognitif yang bersifat innate.

F.      Hubungan Aspek Afektif dengan Perkembangan atau Pemerolehaan Bahasa
Banyak sekali teori yang menjelaskan tentang perkembangan manusia yang dikemukakan oleh para ahli psikologi namun yang paling mendekati pembahasan tentang perkembangan afektif adalah teori yang dikemukakan oleh Erik H. Erikson tentang delapan tahap kehidupan manusia yang berhubungan dengan biolegis dan afektif.
Adalah Erik H. Erikson, seorang psikolog dari jerman yang lahir pada 1902 di Frankfurt, Jerman. Erik Mengemukakan teori perkembangan afektif yang selanjutnya teori ini memiliki pengaruh kuat dalam psikologi setelah teori psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmud Freud. Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial (afektif), yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Delapan Fase tersebut antara lain:
1.      Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan) Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya.
2.      Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa beraktifitas kecil tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3.      Inisiatif vs Kesalahan. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4.      Kerajinan vs Inferioritas. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Tetapi di pihak lain kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5.      Identitas vs Kekacauan Identitas. Tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
6.      Keintiman vs Isolasi. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) berusia sekitar 20-30 tahun ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7.      Generativitas vs Stagnasi Masa dewasa (dewasa tengah) sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Namun tidak jarang mengalami hambatan karena keterbatasan.
8.      Integritas vs Keputusasaan. Adalah orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.[9]
Tahapan-tahapan afektif yang dikemukakan diatas sangat besar perannya dalam perkembangan bahasa. Seiring dengan berkembangnya emosi, sikap, dan nilai, berkembang pula bahasa yang digunakan individu sebagai implementasi dari perkembangan afektif tersebut.
Karena aspek afektif adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan dan perasaan bersifat ank eras maka aspek ini sangat berpengaruh terhadap bahasa. Misalnya saja ketika kita marah maka  bahasa kita pasti kasar ank eras.
Karena referensi tentang pembahasan ini sangat sulit, maka kami akan menjelaskan hubungan aspek afektif dengan perkembangan atau pemerolehan bahasa dalam sebuah contoh, diantaranya:
1.      Depresi, bisa dikatakan dengan gangguan jiwa ringan. Seorang penderita depresi sulit untuk memperoleh bahasa Karena ia cenderung menutup diri dan pikirannya cenderung kosong. Jadi, suatu bahasa sulit untuk ia tangkap.
2.      Gagap, disebabkan gangguan emosi. Pengaruh dari emosi marah merupakan sumber dari kesulitan bicara (gagap). Bisa juga ketika seseorang sedang tertekan atau takut ia akan berbicara gemetar atau lebih parah lagi sampai menimbulkan kegagapan.


[1] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 1991), hal.36
[2] Ibid, hal.72
[3] Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi  jilid 1, (Batam: Interaksara), hal. 579
[4] Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, Rineka Cipta (Jakarta: 1996) Hal: 25
[5] Kholid A. Harras, Dasar-dasar Psikolinguistik, UPI Press (Bandung: 2009) hal: 36
[6] Wiiliam Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Pustaka Pelajar (Yogyakarta: 2007) Hlm: 528
[7] Ibid.. Hal: 532
[8] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik, (Bandung, PT. Refika Aditama: 2009), hal.72
[9] Wiiliam Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Pustaka Pelajar (Yogyakarta: 2007) Hlm: 428.

Author: MOHD ZACK

Assalamu'alaikum, Saya Penulis di blog ini, silakan Share jika tulisan ini bermanfaat. Terima Kasih atas kunjungan anda. Kritik dan saran silakan di poting di kolom komentar.

0 komentar:

E-mail Newsletter

Kirim alamat E-mail anda untuk mengikuti pembaruan dari kami.

Recent Articles

© 2015 Waajibaty | Distributed By Zacky | Created By Zacky
TOP