A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab adalah
bahasa yang penting dalam dunia pendidikan islam, materi bahasa Arab diajarkan
dalam sekolah-sekolah yang mengusung pendidikan yang bernuansa islami sebagai
salah satu misi dalam sekolah tersebut. Keberadaan sarana dan prasarana dalam
pembelajaran bahasa sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran dan
membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi yang diajarkan, sumber belajar
baik yang berupa buku materi dan sarana-sarana penunjang lain yang terkait
dengan pembelajaran juga sangat penting keberadaannya untuk memudahkan guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Tentunya hal ini tak lepas dari
kreatifitas guru sebagai nahkoda yang berhak mengarahkan pembelajaran akan
dibawa kemana dan tentunya dengan persetujuan peserta didik. Kondisi siswa
setidaknya mempunyai kemampuan bahasa yang seragam, dalam artian tidak akan ada
kesenjangan pengetahuan tentang materi yang terlalu jauh antar siswa dalam
suatu kelas sehingga memudahkan guru dalam memilih metode pembelajaran yang
efektif dalam suatau kelas.
Kenyataan saat ini
dalam pembelajaran bahasa Arab di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya masih jauh
dari kondisi ideal tersebut. Hal ini dapat diketahui dari kenyataan di lapangan
bahwa pembelajaran bahasa Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut dengan jumlah 37
siswa, masih banyak siswa yang kurang responsive terhadap apa yang dijelaskan
oleh guru. Beberapa siswa juga tidak mempunyai Buku bahan materi sehingga
mereka harus bergantian dengan temannya untuk membaca (misalnya) buku tersebut.
Hal ini juga terkait dengan kebijakan sekolah yang tidak mewajibkan setiap
siswa memiliki buku mata pelajaran Bahasa Arab. Selain itu, latar belakang
pendidikan siswa yang berbeda (beberapa siswa yang tidak mengenal bahasa Arab
sebelumnya) juga memberatkan guru dari segi penyampaian, karena guru harus
memulai dari dasar pengenalan bahasa Arab kepada siswa. Pada saat yang sama,
siswa lain yang merasa sudah pernah diajarkan materi dasar bahasa Arab akan
merasa bosan terhadap materi tersebut.
Kondisi demikian
apabila terus dibiarkan dikhwatirkan akan menimbulkan efek yang kurang baik
terhadap kelanjutan pembelajaran Bahasa Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut.
Padahal bahasa Arab adalah salah satu komponen materi yang dianggap urgen dalam
sebuah madrasah dan bisa dijadikan sebuah identitas terhadap suatu madrasah.
Untuk itu dibutuhkan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi
belajar siswa sekaligus membantu siswa yang tertinggal baik secara Kognitif,
afektif maupun psikomotorik dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab. Misalnya dengan
membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa
serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk suatu Kelompok Belajar.
Motivasi tidak hanya
menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam
menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran
atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa. Untuk itu sebagai seorang
guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan
melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa dan mempersiapkan siswa
yang kompeten secara keseluruhan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian
tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran,
yaitu metode pembelajaran Bahasa Arab Berkelompok (Thariqah Ta'allum al-Luhgah
min Khilal al-Mujtama'/Community Language Learning Method). Metode ini
dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan beberapa siswa yang mempunyai latar
belakang pendidikan berbeda dan sama sekali belum mempunyai dasar-dasar Bahasa
Arab yang memadahi.
Dari latar belakang
tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul "Meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbahasa dengan metode pembelajaran Bahasa Arab
berkelompok (Community Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Bagaimakah pengaruh
metode pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community Language Learning
Method) terhadap motivasi belajar siswa yang tertinggal secara kognitif di
kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran Bahasa
Arab berkelompok (Community Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN
Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
Ingin mengetahui
pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran Bahasa Arab
berkelompok (Community Language Learning Method) terhadap beberapa siswa yang
tertinggal secara kognitif di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran
2012-2013.
Ingin mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community Language
Learning Method) kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
D.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.
Guru
Memberikan informasi
tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi Bahasa Arab.
2.
Siswa
Meningkatkan motivasi
dan prestasi pada mata pelajaran Bahasa Arab
3.
Sekolah
Memberikan masukan
bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian
tindakan adalah sebagai berikut:
Penerapan
pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community Language Learning Method) dapat
meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas
VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Penerapan
pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community Language Learning Method) dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas
VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
- Permasalahan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi
belajar siswa.
- Penelitian tindakan kelas ini
dikenakan pada siswa kelas VII-A.
- Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
- Dalam penelitian ini dilaksanakan
pada semester I tahun pelajaran 2012-2013.
G. Definisi Operasional
Variabel Agar tidak
terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Metode pembelajaran bahasa Berkelompok adalah :
Suatu metode belajar
bahasa yang bertujuan untuk memberikan tambahan materi bagi siswa yang
tertinggal secara kognitif yang berbasis komunitas dengan menjalankan Study
Club sebagai implementasinya.
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu
yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti
pelajaran.
H. Kajian Pustaka
a.
Metode Pembelajaran Bahasa Arab berkelompok.
Metode Belajara
bahasa Berkelompok tumbuh dari suatu ide penerapan konsep psikoterapi dalam
pengajaran bahasa. Membangun hubungan antar siswa sangat penting. Untuk
membangun asas saling percaya dalam sebuah hubungan, perasaan terancam dalam
diri sisa harus dikurangi, dan sikap terbuka antar sesama siswa harus
dibiasakan dan semangat kerjasama lebih diutamakan. Para siswa dapat belajar
dari interaksi antar sesama mereka satu dengan yang lainnya sebagaimana
sebagaimana mereka juga bisa belajar dari interaksi mereka dengan guru. Dalam
metode ini, istilah siswa diganti dengan klien dan istilah guru diganti dengan
konselor. Kedua istilah yang tidak konvensional ini mempunyai implikasi yang
dalam dan berbeda dengan kedua istilah sebelumnya.
Landasan linguistic
yang mendasari metode ini adalah teori yang menyatakan bahwa bahasa merupakan
alat untuk berinteraksi antar individu dalam suatu masyarakat. Dalam proses
social, bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi melainkan juga untuk
memperdalam keintiman antar klien dan konselornya. Sementara tentang asumsi
tentang hakikat pembelajaran bahasa yang mendasari metode ini teori yang
menyatakan bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh manusia umumnya bersifat
kognitif dan afektif.
Pelajaran disajikan
sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa berkomunikasi
atau berinteraksi antar sesama siswa secara bebas. Dengan demikian, siswa
mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni melalui pikiran
(kemampuan kognitif) dan perasaaan (kemampuan afektif).[1]
b
Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan
seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai
serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
Sedangkan menurut
Djamarah motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa
itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah
suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
Menurut jenisnya motivasi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.
Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.[2]
Sedangkan menurut
Djamarah, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[3]
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang
memiliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan
suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di
kelasnya.[4]
Sedangkan menurut
Djamarah, motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.[5]
Beberapa cara
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik antata
lain:
- Kompetisi (persaingan): guru
berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
- Pace Making (membuat tujuan
sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya
terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga
dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
- Tujuan yang jelas: Motif mendorong
individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai
tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam
melakukan sesuatu perbuatan.
- Kesempurnaan untuk sukses:
Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan
kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan
bimbingan guru.
- Minat yang besar: Motif akan
timbul jika individu memiliki minat yang besar.
- Mengadakan penilaian atau tes.
Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang
baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa
lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu
merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas
diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya
persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
c.
Prestasi Belajar Bahasa Arab
Belajar dapat membawa
suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman
tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar
merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam
proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto, prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh
dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.[6]
Berdasarkan uraian di
atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di
samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan
prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar Bahasa Arab adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh
potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses Pembelajaran bahasa Arab.
d.
Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Bahasa
Berkelompok.
Motivasi adalah suatu
kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Sedangkan prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi
yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode
belajar bahasa Berkelompok adalah suatu metod pembelajaran bahasa yang
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pembelajar untuk mengeksplorasi diri
dan lingkungan kelompoknya sebagai input dari asas manfaat pembelajaran. Siswa
yang selanjutnya disebut klien dituntut mampu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan baik dengan kelompoknya maupun guru (Konselor).
Dari uraian tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran bahasa
berkelompok tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa. Hasil ini
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I. Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif,
kolaborasi, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap
sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan menguji cobakan
suatu id eke dalam praktik atau situasi
nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini,
peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut:
- Menyusun angket untuk pembelajaran
dan menyusun rencana program pembelajaran
- Mengumpulkan data dengan cara
mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas
- Melaksanakan rencana program
pembelajaran yang telah dibuat
- Melaporkan hasil penelitian
c.
Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Kelas VII-A MTs Negeri Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran
2012-2013.
d.
Data dan sumber
Data dalam penelitian
ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dari pengamatan (observasi)
terhadap siswa saat penerapan pembelajaran berlangsung. Data untuk hasil
penelitian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test). Sumber data
penelitian adalah siswa kelas VII-A Sebagai obyek penelitian.
e.
Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawancara awal
dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui kondisi awal siswa.
2.
Angket
Angket merupakan data
penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan
respon atau tanggapan siswa terhadap
penerapan pembelajaran Bahasa Berkelompok.
3.
Observasi
Observasi
dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari
beberapa descriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
4.
Test
Test dilaksanakan
setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh
siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choice agar
banyak materi tercakup
5.
Catatan lapangan
Catatan lapangan
digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi
dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f.
Analisis data
1.
Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan
dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui
peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai
dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang
telah dinilai dengan rubric pada siklus II.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar pada
aspek kognitif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan
menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan
belajar. Secara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya
serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar
apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 %.
g.
Tahap-tahap penelitian
Berdasarkan observasi
awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model
pembelajaran Bahasa Berkelompok Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Sebelum melaksanakan
tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :
- Penyusunan RPP dengan model
pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
- Penyusunan lembar masalah/lembar
kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
- Membuat soal test yang akan diadakan untuk
mengetahui hasil pembelajaran siswa.
- Membentuk kelompok yang bersifat
heterogen.
- Memberikan penjelasan pada siswa
mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
Dilanjutkan dengan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi konselor selama pembelajaran, siswa
dibimbing untuk belajar bahasa secara Berkelompok.
Di akhir pelaksanaan
pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan
selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan
kolaborasi dalam pelaksanaannya.
Pada tahap Refleksi dilakukan
analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin
dicapai.
Refleksi dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang
dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk
menghasilkan perbaikan pada siklus II.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahrurrozi, Aziz. Dkk. 2010. Pembelajaran
Bahasa Asing Metode Tradisional & Kontemporer. Jakarta: Bania
Publishing.
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Rosda Karya.
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwodarminto, W.J.S. 1991. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
[1]
Aziz
Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional &
Kontemporer, (Jakarta: Bania Publishing, 2010), 134.
ini penelitian kuantitatif ya
ReplyDeleteini penelitian kuantitatif ya
ReplyDelete