A.
Metode Alamiah
Metode alamiah pertama kali diungkapkan oleh Tracy D. Terrel
dengan nama Natural Approach dirintis pada tahun 1977 dengan menerapkan
prinsip-prinsip "Naturalistik " pada ilmu pemerolehan bahasa kedua.
Tujuan awal metode ini adalah untuk pengembangan pembelajaran bahasa perancis.
Selanjutnya metode ini dikembangkan dan digunakan untuk pembelajaran bahasa
lain diseluruh dunia.
Istilah alamiah "Natural" dalam metode ini
berdasarkan pada suatu pandangan bahwa penguasaan suatu bahasa lebih banyak
bertumpu pada pemerolehan bahasa (اكتساب
اللغة) dalam konteks
yang alamiah dibandingkan dengan pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar
dipelajari satu per satu (تعلم اللغة). Focus dari metode ini adalah makna dari
komunikasi-komunikasi sejati dibandingkan pada ketepatan bentuk ucapan.[1]
1.
Pendekatan Metode Alamiah
a.
Hakikat bahasa
Para pencetus metode ini menjelaskan hakikat bahasa dan
menekankan pada keunggulan makna. Peran kosakata merupakan hal yang penting dan
sangat ditekankan, selanjutnya mereka menjelaskan bahwa bahasa adalah kumpulan
kosakata yang secara tidak konsekuen. Tata bahasa lah yang selanjutnya
menekankan bagaimana kata tersebut dieksploitasi untuk menghasilkan pesan-pesan
yang dapat dimengerti oleh manusia.[2]
Landasan dasar teori dari metode alamiah adalah bahasa
sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan maksud, makna dan pesan. Dari
sini bisa dilihat bahwa komunikasi berperan sebagai fungsi utama bahasa. Karena
pendekatan ini mempunyai focus pada pengajaran kemampuan berkomunikasi. Maka
metode alamiah ini kurang lebih sama dengan metode-metode komunikatif lainnya.
b.
Hakikat pembelajaran bahasa
Asumsi yang diyakini oleh para pendukung metode ini yang
berhubungan tentang pembelajaran bahasa dapat dijelaskan melalui lima sumsi
dasar sebagai berikut:
1)
Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran
Hipotesis ini menjelaskan bahwa proses penguasaan bahasa
pada orang dewasa terjadi melalui dua proses berbeda, yaitu pemerolehan dan
pembelajaran. Pemerolehan adalah formula dari aturanm-aturan gramatika yang
dilakukan dibawah sadar, sedangkan pembelajaran adalah studi mengenai
aturan-aturan gramatika yang dilakukan secara sadar.
Proses alamiah yang dilakukan oleh anak-anak dalam
penguasaan bahasa ibu adalah pemerolehan, sedangkan proses penguasaan bahasa
kedua adalah pembelajran. Karena pemerolehan yang dilakukan secara bawah sadar,
maka pengetahuan kebahasaan yang dimiliki melalui proses ini selalu bersifat
implisit. Sebaliknya, proses pembelajaran yang dilakukan secara sadar
menghasilkan pengetahuan kebahasaan yang bersifat eksplisit.[3]
2)
Hipotesis urutan Alamiah
Hipotesis ini menjalaskan bahwa terdapat urutan-urutan
alamiah dalam pemerolehan bahasa. Dari segi tata bahasa misalnya, pola-pola
struktur gramatika diperoleh menurut urutan yang dapat diperkirakan.[4]
Kesalahan dalam berbahasa dianggap sebagai suatu perkembangan yang alami. Lebih
jauh lagi hipotesis ini menyatakan bahwa secara umum struktur tertentu lebih
cepat diperoleh daripada yang lain.
3)
Hipotesis Monitor
Menyatakan bahwa hasil belajar secara sadar hanya dapat
digunakan untuk memonitor. Proses pembelajaran klasikal hanya mempunyai
kegunaan yang terbatas atau sekunder. Lebih jauh lagi jika seseorang
menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi, maka ujaran-ujaran itu dihasilkan
oleh system yang diperoleh. Pengetahuan sadar hamper tidak berguna bagi
penggunaan bahasa kedua untuk berkomunikasi.
4)
Hipotesis masukan
Menurut hipotesis ini, pemerolehan
kemampuan berbicara dan menulis terjadi setelah pemerolehan pemahaman lisan dan
tulis. Pemahaman lisan dan tulis merupakan hal yang harus didahulukan.
Hipotesis ini juga menekankan bahwa kemajuan pembelajar dari satu tingkat ke
tingkat yang lain dalam pemahaman harus didasarkan pada masukan yang mengandung
bahan yang satu tingkat lebih sulit daripada bahan yang telah dikuasainya.
5)
Hipotesis Saringan Sikap
Variable sikap siswa sangat penting dalam pemerolehan bahasa
baru. Jika sikap itu digambarkan sebagai saringan afektif, sikap negative akan
membuat siswatidak cukup terbuka untuk menerima masukan dari lingkungannya dan
sebaliknya. Sikap yang baik bisa dilaksanakan apabila guru dapat menciptakan
atmosfir kelas yang bebas dari perasaan cemas dan menegangkan, diantaranya
dengan cara: siswa tidak diharuskan untuk berbicara sampai ia benar-benar siap;
siswa boleh menjawab dengan bahasanya sendiri; dan siswa tidak dikoreksi
kecuali apabila kesalahan itu dapat mengganggu proses komunikasi.[5]
2.
Tehnik Metode Almiah
Kegiatan aplikatif dari penerapan metode alamiah ini dapat
dilakukan dengan berbagai tehnik yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa sasaran. Selanjutnya, kegiatan pembelajaran bahasa
kedua dibagi dalam tiga tingkatan[6],
yaitu:
a.
Tingkat Pemahaman
Pada tingkatan ini, kegiatan pembelajaran bahasa yang
dilaksanakan harus meliputi pelatihan-pelatihan intensif dalam pemahaman menyimak,
dengan syarat tidak menuntut pembelajar berbicara bahasa kedua. Hal ini dapat
dilakukan dengan:
1)
Respon gerak total, guru melakukan beberapa perbuatan dengan
menyebut namanya dan pembelajar diminta untuk menirukannya dan
mempraktekkannya.
2)
Tehnik demonstrative, guru menunjuk benda-benda yang berada
dalam kelas dengan menyebutkan nama-namanya dalam bahasa sasaran sampai
pembelajar memahaminya. Kemudian guru menyebutkan nama suatu benda tersebut dan
meminta pembelajar untuk menunjuk ulang.
3)
Mempergunakan media visual.
b.
Tingkat produksi permulaan
Tingkatan ini dapat dimulai pada waktu pembelajar sudah
memiliki sekitar lima ratus kosa kata dan sejumlah struktur yang diperlukan.
Pembelajra juga didorong untuk berbicara bahasa kedua dalam bentuk yang paling
sederhana dan paling mudah.
c.
Tingkat produksi lanjut
Merupakan lanjutan dari tingkat produksi permulaan, dan
mulai dilakukan berbagai kegiatan permainan-permainan bahasa dan kegiatan
social, seperti kunjungan ke tempat-tempat tertentu yang mempergunakan bahasa
kedua sebagai alat komunikasi. Pembelajar pada tingkat ini tidak diperbolehkan
melakukan penerjemahan.[7]
3.
Kekurangan dan Kelebihan Metode Alamiah
a.
Kekurangan
Kelemahan yang Nampak dalam metode ini adalah kurangnya
konsentrasi dalam peningkatan kecakapan para pembelajar karena jelas metode ini
membatasi tujuan kecakapan sampai pada taraf performansi yang agak rendah. Selain itu metode ini tidak
memberikan umpan korektif pada para pembelajar yang sangat mereka butuhkan untuk
meningkatkan kecakapan mereka. Alokasi waktu yang digunakan untuk focus pada
tata bahasa juga sangat sedikit sehingga menimbulkan kebiasaan melakukan
kesalahan. Guru juga ditintut untuk lebih kreatif dalam penerapan metode ini
untuk memberikan pemahaman kepada siswa.
b.
Kelebihan
Seperti halnya teori dan pendekatan yang lain dalam
pengajaran bahasa, metode alamiah memiliki keunggulan-keunggulan disamping juga
kelemahan. Keunggulan utama dari metode ini adalah tujuan komunikasi yang
diembannya. Pembelajar akan belajar komunikasi dasar interpersonal sejak dini.
Metode ini juga sangan efektif diterapkan pada tingkat dasar dimana
"silent period" akan berfungsi. Dalam artian, siswa tidak perlu
bicara kalau mereka belum siap untuk itu. Suasana santai juga akan terlihat
saat menerapkan metode ini karena tidak ada paksaan untuk berbicara bahasa
sasaran.[8]
B.
Metode Langsung
1.
Latar Belakang Metode Langsung
Metode langsung (al-T{ariqah al-Mubasharah/ direct
method) dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran
bahasa, di jerman menjelang abad ke-19. Faktor pendorong kemunculannya
dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidak puasan terhadap metode tatabahasa
dan tarjamah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan tarjamah merupakan
metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang popular. Akan tetapi ditengah
kepopulerannya muncul banyak ketidak puasan di banyak kalangan, sehinnga
muncullah kritik bahkan penolakan
terhadap metode ini. Secara lebih rinci faktor-faktor itu antara lain:[9]
- Pada saat produk Eropa semakin bertambah, tingkat komunikasi mereka semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan merekan untuk menguasai satu bahasa (sebut saja Bahasa Inggris) sebagai lingua franca secara aktif dan produktif semakin mendesak. Buku-buku sumber yang ditemukan pada waktu itu kurang memuaskan mereka, karena pada umumnya tidak mengajarkan penggunaan bahasa tujuan secara praktis dan efektif melainkan berbicara tentang bahasa tujuan.
- Di beberapa Negara Eropa pada waktu itu, pendekatan-pendekatan baru dalam pengajaran bahasa tujuan yang dicetuskan oleh para ahli pengajaran bahasa secara terpisah-pisah memberi ide kepada para guru bahasa tujuan untuk mengangkat metode lain yang dipandang lebih baik untuk megajarkan bahasa tujuan. Hal ini membuka jalan mereka untuk memunculkan metode langsung.
2.
Konsep Dasar Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama
dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif
dalam berkomunikasi[10].
Para pelajar, menurut metode ini, belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan
berbicara, sedang membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian, sebab inti
bahasa adalah menyimak dan berbicara. Oleh karena itu mereka harus dibiasakan
berpikir dengan bahasa asing. Maka untuk mencapai ini semua penggunaan bahasa
ibu dan bahasa kedua ditiadakan sama sekali. Bahkan unsur tata bahasa ini tidak
terlalu diperhatikan.[11]
sebab tekanan intinya adalah “bagaimana agar pelajar pandai menggunakan bahasa asing yang dipelajari, bukan pandai
tentang bahasa asing yang dipelajari”. Tata bahasa hanya diberikan memalaui
situasi (kontekstual) dan dilakukan secara lisan, bukan dengan cara
menghapalkan kaidah-kaidah.
Dari
konsep metode langsung di atas , dapat dikemukan bahwa karakteristik metode
langsung adalah:
1.
Bahasa adalah berbicara, maka berbicara merupakan aspek yang
harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan, maka bacaan itu
pertama kali disajikan dalam bentuk lisan.
2.
Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa asing
yang dipelajari. Cara ini dilakaukan agar pelajar pandai mengunakan bahasa
secara otmatis layaknya bahasa ibu.
3.
Bahasa ibu dan bahasa bahasa kedua atau terjemahan kedalam
dua bahasa tersebut tidak digunakan.
4.
Tidak begitu memperhatikan tata bahasa, kalaupun ada hanya
diberikan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan, bukan menjelaskan
definisi atau menghafal.
5.
Ada asosiasi langsung antara kata-kata kalimat-kalimat
dengan makna yang dimaksud memalui peragaan/demonstrasi, gerakan, mimic muka,
gambar, bahkan alam nyata. Atas dasar ini proses belajar dapat dilakukan baik
didalam kelas maupun diluar kelas.
6.
Untuk memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang
dipelajari, pengajar meberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan
hapalan.
3.
Pembagian Metode Langsung
Ada tiga metode yang sangat lekat dengan metode langsung,
bahkan merupakan bagian berkesinambungan dalam metode langsung. Menurut
Al-Naqoh (2010) ketiga metode itu adalah metode psikologi (al-T{ariqah al-Sikulujyyah/
psychological method), fonetik (al-thariqah al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-T{ariqah al-T}abi’iyyah/
natural method).[12]
a.
Metode psikologi (al-thariqah al-sikulujyyah/
psychological method
) disebut metode psikologi karena
pembelajarannya di dasarkan atas pengamatan perkembangan mental dan asosiasi
pikiran. Beberapa ciri yang melekat pada metode ini antara lain:
1)
Penggunaan benda, diagram, gambar, dan chart untuk
menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata yang diucapkan.
2)
Kosa kata dikelompokkan ke dalam ungkapan-ungkapan pendek
yang berhubungan dengaan suatu masalah yang masih satu pelajaran. Beberapa
pelajaran dikumpulkan dalam satu bab, sedangkan kumpulan beberapa bab membentuk
satu seri.
3)
Pelajaran mula-mula diberikan secara lisan, kemudian
diberikan bagian demi bagian berdasarkan materi dari buku.
4)
Jika sangat diperlukan,
bahasa bahasa pelajar dapat digunakan.
5)
Pelajaran mengarang baru baru diperkenalkan setelah
diberikan beberapa pelajaranterlebih dahulu.
b.
Metode fonetik (al-T{ariqah al-S}autiyyah/ phonetic
method) metode ini dikenal juga dengan metode ucapan (al-T{ariqah al
nut}qiyyah/ oral method). Disebut metode fonetik karena materi pelajaran
ditulis dalam natasi fonetik, bukan ejaan seperti yang lazim digunakan. Dalam
prakteknya metode ini mengawali proses pembelajaran dengan latihan pendengaran
terhadap bunyi. Setelah itu dilanjutkan dengan latihan pengucapan kata, lalu
kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Selanjutnya
kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Gramatika
diajarkan secara induktif, sedangkan mengarang terdir atas penampilan kembali
apa yang didengar dan dibaca.
c.
Metode alamiah (al-th}ariqah al-t}abi’iyyah/natural
method) metode ini merupakan metode fonetik. Disebut alamiah karena belajar
bahasa asing disamakan seperti belajar bahsa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya
berdasarkan perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara
alamiah. Karena itu metode alamiah kadang-kadang disebut dengan metode
kebiasaan (al-t}ariqah al-‘a>diyyah/customary method). Di dalam belajar bahasa ibu, seorang anak mulai
menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru bahasa yang digunakan oleh orang
dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang ia simak secara berulang-ulang didalam
prakteknya ada beberapa hal yang membedakannya dengan metode lain, antara lain:
1)
Mendasarkan teori kepada kebiasaan anak-anak dalam
mempelajari bahasa ibunya
2)
Langkah pertama adalah bunyi (tanpa buku) dilanjutkan
kemudian oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan yang dilengkapi oleh
pengenalan benda dan gambar.
3)
Kata dan istilah baru diajarkan melalui kata-kata yang telah
dikenal sebelumnya.
4)
Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5)
Penggunaan kamus untuk membantu mengingat kata-kata yang
sudah dilupakan. Karena seorang anak belajar berbahasa ibu dengan pengulangan
yang tidak selalu mendengar bunyi kata dan kalimat dari orang yang sama, metode
ini menganjurkan untuk menggunakan pengajar secara bergantian.
4.
Langkah-langkah Penggunaan Metode Langsung
Untuk mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran
bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode
ini sebagaimana dijelaskan diatas. Aplikasi berikut ini hanya contoh saja,
tidak meruakan kemestian, maka penggunaan selanjutnya diserahkan kepada
pengajar sesuai situasi dan kondisi, dengan catatan tidak bertentangan dengan
konsep dasar metode ini. Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:[13]
a.
Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan
materi yang akan disajikan baik berupa
apresesi, atau tes awal tentang meteri atau yang lainnya.
b.
Guru memberi materi berupa dialog-dialog pendek yang riek,
dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi
ini mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat
dramatisasi atau gambar-gambar. Jika sudah mantab bias dikembangkan kedalam
tulisan. Misalnya:
أ
: ما هذا ؟
ب:
هذا قلم
أ
: من أين تشتري هذا القلم ؟
ب
: من مكتبة تجارية
أ
: ما هذا ؟
ب
: هذه حقيبة
c.
Pelajar diarahkan
untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu meniru dialog-dialog yang
disajikan sampai lancar.
d.
Para pelajar
dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran.
Pelajar yang sudah maju diberi kesempatan untuk mengadakan dialog lain yang
dianalogikan dengan contoh yang diberikan oleh guru.
e.
Struktur/tata
bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan
contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk
percakapan di atas ada pola mubtadak-khobar, dalam hal ini cukup dengan
menyebutkan:
ما هذا ؟ هذا ------- قلم
ما هذه ؟ هذه -------
حقيبة
atau pola shifah-maushuf, cukup
dengan menyebutkan:
من أين تشتري هذا القلم ؟ من مكتبة --------
تجارية
tentu saja tidak dengan menjelaskan
atau menghapalkan definisi, melainkan dengan mengulang-ulang contoh secara
lisan saambil menunjukkan pasangannya agar pelajar tidak keliru antara mudzakkar
dan muaannats. Akan tetapai pengajaran ini bersifat situasional,
induktif dan tidak menjadi prioritas.
f.
Sebagai penutup,
jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus
dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog diatas. Pelaksanaannya bisa
individual atau kelompok tergantung situasi dan kondisi.
5.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Langsung
Metode langsung
merupakan terhadap metode tatabahasa dan terjemah. Dilihat dari sisi ini metode
langsung sedikit lebih maju dibanding metode sebelumnya. Walau demikian tetap
saja metode langsung memiliki kelemahan, terutama jika dilihat dari konsep
dasar dan kritik para ahli yang ditujukan kepadanya. Diantara aspek
kelebihannya adalah:[14]
a.
Dengan
kedisiplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para
pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara, sebab prioritas utama
memang menyimak dan berbicara.
b.
Dengan banyaknya
peragaan/demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di alam nyata
para pelajar bisa mengetahui bayak kosa kata.
c.
Dengan banyak
latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki
lafal yang relatif lebih mendekati penutur asli.
d.
Para pelajar
banyak mendapat latihan dalam bercakakp-cakap, khususnya mengenai topik-topik lain.
Di
antara aspek kekurangannya adalah:
a.
Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang mungkin dapat
diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak. Maka
memungkinkan akan mendapat kesulitan jika disekolah-sekolah yang jumlah
pelajarnya banyak.
b.
Metode ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran
berbicara seperti penutur asli.
c.
Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan
materi, bukan buku-buku teks yang baik.
d.
Metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu dan bahasa
kedua atau terjamahan. Hal ini justru bias menghambat kemajuan belajar, sebab
banyak waktu dan tenaga terbuang dalam menerangkan kata yang abstrak (tak bias
diragakan atau digambarkan) atau konsep tertentu dalam bahasa asing. Padahal
jikan ditarjamahkan akan memakan waktu sebentar saja.
e.
Melihat poin nomor 4 di atas, kesalahan penafsiran maka
dalam bahasa asing yang dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan yang keluar
dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari
pelajar, sebab jika pelajar melakukan kesalahan dalam pola-pola tertentu maka
dapat dideteksi segera.
f.
Jika dicermati konsep yang mengatakan bahwa pemerolehan
bahasa ibu dengan bahasa kedua dan bahasa asing itu sama, maka secara
psikologis konsep ini tidak memiliki dasar teori yang kuat.
Download file dalam bentuk Microsoft Word disini.
[1] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran
Bahasa Asing, Bania Publishing (Bandung: 2010) h. 136.
[4] Soejono Daedjowidjojo, Lima
Pendekatan Mutakhir dalam Pengajaran Bahasa, Atmajaya (Jakarta: 1992) h. 51.
[6] Emzir, Pemerolehan Bahasa Asing
Melalui Pendekatan Alamiah dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Arab, UP
IKIP Malang (Malang: 1993) h. 9.
[9] Acep Herman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, Remaja Rosdakarya (Bandung) h. 175-176.
[11] Ramzi
Munir Ba'labaki, Mu'jam al-Must}alah}ah al-Lughawiyyah, Da>r al-'Ilmi
li al-Mala>yi>n (Beirut: 1990) H. 151.
[12] Mahmud Kamil Hasan an-Naqoh, Usu>s
I'da>d mawa>d Ta'li>m al-Lughah al-'Arabiyyah wa ta'li>fuha,
Kulliyah al-Tarbiyah (Kairo: 2010)
[13] Ibid, 181
[14] Ibid, 182-183.
Afwan,,,, z take postingannya kamu, soalnya sy punya tgs ttg mtode Alamiah
ReplyDeleteTafadhol.. :-)
ReplyDelete